Komponen utama sistem ini terdiri dari tiga elemen kunci: sensor, kontroler, dan aktuator. Sensor-sensor yang beragam, termasuk sensor nutrisi spesifik dan sensor cuaca, memberikan gambaran komprehensif tentang kondisi pertanaman. Kontroler, biasanya berupa mikroprosesor atau komputer kecil, menganalisis data ini menggunakan algoritma canggih untuk membuat keputusan pemberian pupuk.Â
Aktuator, seperti katup solenoid atau motor dispenser, kemudian melaksanakan keputusan ini dengan memberikan pupuk secara presisi. Integrasi komponen-komponen ini memungkinkan sistem untuk merespons dinamika kebutuhan nutrisi tanaman secara real-time, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan mendukung pertumbuhan optimal tanaman.
Keunggulan teknologi ini terletak pada kemampuannya untuk mendeteksi dan merespons kebutuhan nutrisi tanaman sebelum gejala defisiensi muncul secara visual. Sensor optik, misalnya, dapat menganalisis warna dan reflektansi daun untuk mendeteksi stress nutrisi dini, sementara sensor nutrisi spesifik dapat mengukur kadar unsur hara tertentu dalam tanah.
 Kombinasi data dari berbagai sensor ini memungkinkan sistem untuk membuat keputusan yang lebih akurat dan responsif. Dengan kemampuan untuk menyesuaikan pemberian pupuk berdasarkan variasi spasial dan temporal dalam lahan pertanian, teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga berkontribusi pada praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dengan mengurangi risiko pencemaran lingkungan akibat kelebihan pupuk (Sandy & Fatna, 2023).
Hubungan IoT pada tanaman
Hubungan antara perangkat IoT dan kebutuhan unsur hara tanaman menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam bidang pertanian presisi. Perangkat IoT yang terhubung ke internet memungkinkan pemantauan dan pengelolaan nutrisi tanaman secara real-time dan terintegrasi. Sensor IoT yang dipasang di lahan pertanian secara terus-menerus mengumpulkan data mengenai kondisi tanah, tanaman, dan lingkungan.Â
Data tersebut kemudian dikirim ke pusat kontrol, di mana algoritma kecerdasan buatan menganalisisnya bersamaan dengan informasi cuaca dan basis data mengenai kebutuhan nutrisi tanaman yang spesifik. Pada lahan pertanian, berbagai jenis sensor digunakan untuk mengumpulkan data penting.Â
Sensor tanah mengukur kelembaban, pH, konduktivitas listrik, serta kadar nutrisi spesifik seperti nitrogen dan fosfor. Sensor tanaman melakukan analisis optik terhadap warna daun untuk mendeteksi kekurangan nutrisi, mengukur suhu kanopi, dan melacak laju fotosintesis. Selain itu, sensor lingkungan mengumpulkan data mengenai suhu udara, kelembaban relatif, radiasi matahari, serta kecepatan angin yang memengaruhi pertumbuhan tanaman (Walid & Fikri, 2022)
Data yang dikumpulkan oleh sensor ini dikirim secara instan ke pusat kontrol, di mana algoritma kecerdasan buatan (AI) canggih mengolahnya bersama dengan data cuaca real-time, citra satelit, dan basis data kebutuhan nutrisi tanaman. Analisis ini juga memperhitungkan riwayat lahan dan pola pertumbuhan tanaman pada musim-musim sebelumnya.Â
Hasil dari analisis tersebut digunakan untuk mengambil keputusan yang sangat presisi terkait manajemen nutrisi tanaman, seperti penyesuaian dosis dan komposisi pupuk secara dinamis sesuai kebutuhan tanaman, waktu optimal pemberian pupuk berdasarkan prediksi cuaca dan tahap pertumbuhan, serta penerapan strategi pemupukan berbeda pada mikro-zona lahan yang berbeda.
Salah satu keunggulan utama dari sistem IoT ini adalah kemampuannya untuk mendeteksi variasi kebutuhan nutrisi dalam skala kecil, bahkan hingga meter persegi. Sistem ini juga sangat adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi lingkungan atau tanda-tanda stres pada tanaman.Â