Saya menulis dengan dada bergemuruh usai menonton Pidato Refleksi Akhir Tahun 2019 seorang SBY. Perasaan saya campur aduk, bergejolak. Membadai kerinduan kepada pemimpin bangsa yang lurus, tegas sekaligus santun. Pemimpin yang bukan hanya cerdas tapi paham keresahan rakyatnya.
Syukur Alhamdulillah. Dalam zaman yang makin sulit bermurah hati ini, Pak SBY mau menjadi suara rakyat kecil.
Indonesia kekinian memang makin blangsak saja. Pengangguran tinggi, sementara pembukaan lapangan kerja terseok-seok. Setiap detik buruh-buruh pabrik bisa dipecat. Ya, gara-gara ekonomi lesu banyak perusahaan yang gulung tikar atau relokasi ke provinsi lain bahkan cabut ke luar negeri.
Pendapatan masyarakat segitu-gitu saja. Tidak sepadan dengan beban hidup yang makin mencekik dari hari ke hari. Daya beli cenderung turun gara-gara harga-harga gampang meroket. Bahkan seabrek kenaikan bakal bikin rakyat pusing awal tahun 2020 nanti.
Iuran BPJS dan tarif dasar listrik bakal naik. Tarif tol juga begitu. Disusul kenaikan cukai plastik dan tembakau---kalau cukai tembakau naik, nasib petani tembakau bagaimana? Sebelumnya, kita sudah puyeng gara-gara kenaikan tarif ojek online, kapal penyeberangan, dan mahalnya tiket pesawat.
Tragisnya, rakyat yang sedang susah dan semakin susah ini malah disuguhi festival keanehan pemerintah. Isu radikal-radikullah. Pemindahan ibu kota lah. Menteri main opera antikorupsilah.
Buat apa sih infrastruktur-infrastruktur mewah kalau kantong rakyat tongpes? Bandara dibikin bagus-bagus, tapi tiket pesawat kan tidak bisa dibeli pakai daun! Jalan tol dibangun panjang-panjang, kalau tarifnya mahal siapa yang mau lewat?
Masalah utama Indonesia hari ini adalah isu ekonomi. Tapi justru ini yang kurang diurus.
Buat saya, setengah jam lebih pidato SBY itu benar banget sampai titik dan komanya. Elite penguasa jangan sok teriak: "Saya Pancasilais!" deh kalau pola pikirnya masih kapitalistik dan neo-liberalistik. Â Kalau tidak peka sama kemiskinan rakyatnya, kesenjangan dan keadilan sosial di tanah air. Pancasila itu pengen mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan cuma buat orang-orang kaya.
Lagipula biar hidup pas-pasan begini, rakyat kecil kan masih bayar pajak. Kami tidak pernah mencurangi negara. Tidak pernah menyelundupkan Harley pakai pesawat garuda kayak bos besar yang gajinya Rp3,7 milyar per bulan itu.
Saya tidak paham kenapa kok cuma Pak SBY yang tegas membahas isu rakyat kecil ini. Para elite kebanyakan sibuk jotos-jotosan. Ada yang masih kebawa-bawa Pilpres 2019. Ada juga yang sudah siap-siap buat Pilpres 2024. Astaga! Terus nasib rakyat kecil mesti mengadu ke mana? Mohon satu permintaan sama jin rokok Djarum 76?