Ambil contoh silaturahmi Jokowi dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tempo hari. Secara pribadi, AHY diundang ke istana.Â
Dan sebagai warga negara yang baik AHY memenuhi undangan Presiden. Waktu diwawancarai wartawan, AHY tegas menyerukan pandangan-pandangan bijak guna melunakan polarisasi. Pernyataan AHY sudah didahului dan disusul oleh sikap tegas Demokrat untuk bersama Prabowo-Sandiaga sampai permainan selesai.
Mestinya bola panas berhenti bergulir di sini. Sayangnya, mereka yang mengeruk keuntungan dari polarisasi politik tidak terima. Digorenglah isu ini habis-habisan. AHY didiskreditkan. Akhirnya SBY dan Demokrat ketiban pulung.Â
Padahal, publik sama-sama paham kalau Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sudah bertemu Jokowi. Petinggi-petinggi PKS sudah dikontak Luhut Binsar Pandjaitan. Tapi toh, serangan bagi mereka tidak seheboh serangan untuk Demokrat.
Apa AHY tidak bisa memprediksi serangan-serangan ini? Tentu saja bisa. Tapi, ini bukan soal etis-tidak etis. Apalagi cari selamat. Ini soal membaca situasi-kondisi secara cerdas dan dengan hati yang jernih.
Polarisasi makin menguat menjelang penetapan hasil Pemilu. Indonesia butuh ikhtiar-ikhtiar untuk menyejukan suasana yang makin panas.Â
AHY maju untuk menjawab tuntutan zaman ini. Kalau untuk itu AHY harus jadi sansak tinju kaum oportunis, itu konsekuensi yang harus diambil. Tapi, ini terang sikap seorang patriot yang rela mengorbankan dirinya demi merawat jiwa kebangsaan Indonesia.
Haji Agus Salim pernah menyebut : leiden is lijden---memimpin adalah menderita. Pemimpin harus siap mengorbankan diri untuk mereka yang dipimpin. Inilah yang dilakukan AHY, SBY dan Demokrat paling tidak lima tahun ke belakang.Â
Ketiganya ibarat martir yang mengorbankan diri demi mengawal keutuhan bangsa menapaki jembatan emas yang dicita-citakan para pendiri bangsa.
Dengan sikap patriotik ini agaknya masa depan Demokrat bakal gemilang. Sebab Indonesia masa depan akan "dihidupi" oleh generasi milenial.Â
Kelas menengah ini paham kalau polarisasi politik tidak sesuai karakter bangsa. Mereka juga cenderung rasional dan paham konsekuensi dari berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. Demokrat agaknya menjadi pilihan tepat untuk menjadi pelabuhan pilihan politik generasi ini.