Malam ini di talkshow yang dipandu Rosi Silalahi di Kompas TV, Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), kembali menegaskan sikap politik Partai Demokrat di Pilpres. Partai Demokrat tidak berubah dengan sikap politik sejak 10 Agustus 2018, yakni memberikan dukungan kepada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Tidak ada keraguan sedikit pun pada sikap politik ini.
Apa yang disampaikan AHY bukan pemanis bibir. Sikap politik ini sudah ditunjukkan dan diperjuangkan dengan sepenuh kerja keras oleh Partai Demokrat. Yang paling gampang, bisa kita lihat dari eksistensi kader-kader Demokrat yang bergabung dalam Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. Sebut saja Ferdinand Hutahaean, Jansen Sitindaon, Rachland Nashidik, Imelda Sari, dan lain-lain. Hampir setiap menit di Twitter, kita akan temukan cuitan kader-kader Demokrat yang siap dan selalu pasang badan untuk Prabowo-Sandi.
Kader-kader Demokrat bahkan tak segan-segan memberikan masukan untuk Prabowo-Sandi supaya potensi kemenangan paslon capres-capres nomot urut 2 bisa semakin besar lagi. Kalau kita mau jujur, selain kader-kader Gerindra, barangkali kader-kader Demokrat adalah yang paling leading dalam membela Prabowo-Sandi.
Jadi, jika ada yang coba menggoreng-goreng kalau Demokrat masih setengah hati dalam mendukung Prabowo-Sandi, patut dipertanyakan maksudnya. Khawatirnya, itu adalah siasat dari kubu sebelah untuk memisahkan Demokrat dan SBY dengan Prabowo-Sandi.
Maklum sampai hari ini, SBY masih merupakan magnet politik di tanah air. Kesukaan rakyat kepada SBY masih begitu besar. Jadi, jika siasat de vide et empire ini sampai termakan, apalagi dibesar-besarkan, jelas soliditas kubu Prabowo-Sandi akan bernasalah. Imbasnya, gerak langkah kita untuk memenangkan Prabowo-Sandi semakin sulit.
Tapi perlu diingat, pemilu kali ini berbeda dengan pemilu 2014. Kali ini, Pilpres dan Pileg dilakukan serentak. Sehingga, mau tak mau semua partai, bukan hanya Partai Demokrat, harus memutar otak agar bisa menggapai target-target di Pileg pula.
Sebagaimana disebutkan AHY kalau basis konstituen Demokrat sangat heterogen. Demokrat memiliki kepala daerah di Aceh, provinsi di ujung barat yang mayoritas penduduknya menganut Islam. Sebaliknya, Demokrat juga ditunjang oleh kadernya yang menjadi kepala daerah di Papua, provinsi yang penduduknya mayoritas Kristen.
Karena itu, metode pemenangan pemilu partai Demokrat bersifat khas, orinisil sesuai dengan karakteristik Demokrat. Di satu sisi Demokrat akan bekerja keras untuk memenangkan Prabowo-Sandi, dan di lain sisi Demokrat juga berjuang untuk memberikan rakyat pilihan-pilihan wakil rakyat yang kompeten dan berintergritas. Tidak ada yang salah dengan hal ini, karena setiap parpol pun melakukan hal yang sama.
Kedepannya, saya pikir segenap kubu Prabowo-Sandi harus merawat "trust" di antara mereka. Tak perlu berburuk sangka akibat siasat-siasat pecah-belah yang sedang ditabuh kompetitor. Empat puluh hari ke depan, soliditas perlu diperkuat, dan semakin diperkuat untuk kemenangan Prabowo-Sandi. Ingat lawan kita amat kuat, paslon petahana, yang punya sumber daya meluap-luap.
Tapi tak perlu pula kita minder. Kerja keras sering berbuah keajaiban-keajaiban di dunia politik. Ingat, SBY sukses mengalahkan Megawati, capres petahana, dalam Pilpres 2004. Yang paling anyar adalah tumbangnya PM Najib Razak di Malaysia. Meskipun UMNO konon mendapat dukungan penuh dari penyelewengan kekuasaan. Jika di Malaysia bisa, kenapa di Indonesia tidak bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H