Pelaksanaan SBY Tour De Jabar dimulai hari ini. Dalam tour yang digelar dari 20-26 Maret 2018, rencananya SBY akan menyambangi Purwakarta, Subang, Sumedang, Bandung, Sukabumi, Kab. Bogor.Â
Tampa membaca berita pun kita sama-sama paham mau dibawa ke mana safari politik SBY ini. Tujuannya adalah menyerap aspirasi dari masyarakat. Apa keluhan mereka dan apa harapan mereka. Sehingga, jika nanti Partai Demokrat kembali diberi amanah menjalankan pemerintahan, Partai Demokrat tahu apa yang akan diperbuat.
Tapi tentu saja tour ini bukan semata-mata untuk tujuan politik. Melalui event ini SBY ingin menyapa masyarakat, ingin bertemu kembali secara langsung dekat dan hangat dengan masyarakat. Â Ada nuansa nostalgia di sini. Kerinduan SBY kepada masyarakat, dan sebaliknya pengobat kerinduan masyarakat kepada SBY.
Lalu bagaimana dengan orang-orang sirik? Kaum yang iseng menggoreng-goreng isu-isu tak jelas? Alhamdulillah, sejak awal tour ini SBY sudah mewanti-wanti bahwa tour ini bukan buat mengganggu pemerintahan yang sekarang. Malahan, tour ini adalah satu giat Partai Demokrat untuk mendukung pemerintah hari ini.
Ya, dengan cara mengetahui aspirasi masyarakat, SBY, Partai Demokrat, serta kader-kader Partai Demokrat  yang duduk di eksekutif atau legislatif bisa berikhtiar untuk membantu mencarikan solusi. Arahan ini sudah tergambar dalam pidato SBY dalam HUT Partai Demokrat ke-16 di Puri Cikeas.
Malahan, dalam Rapimnas Partai Demokrat tempo hari, Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono sudah membentangkan 5 persoalan utama rakyat, dan 9 strategi penyelesaiannya.
Agar tour ini tidak digoreng ke sana-ke mari, SBY sampai membongkar apa yang terjadi pada SBY Tour De Java 2015 yang membuat SBY seolah-olah berbenturan dengan Jokowi. Padahal, bukan begitu ceritanya.
Di Rumah Makan Soto Sadang Purwakarta, Selasa (20/3/2018), SBY menjelaskan cerita yang sebenarnya. Jadi dalam SBY Tour De Java 2015, SBY bertemu dengan banyak kalangan, mulai dari guru honorer, buruh, pelaku UMKM, petani dan banyak lagi lainnya. Kalangan ini menyampaikan aspirasinya kepada SBY.
SBY menangkap setiap aspirasi itu dan menjelaskan bahwa pada masa pemerintahannya, solusi atas masalah rakyat itu sudah dilakukan. Dan pada era pemerintahan Jokowi, solusi untuk masalah tersebut pun terus dilakukan.
Ini sesuai dengan prinsip yang dipegang SBY: "yang baik diteruskan, dan yang kurang baik diperbaiki". Karena bagaimanapun setiap pemerintahan pasti ada kekurangannya. Tapi yang terpenting adalah keinginan politik pemerintah untuk terus berbenah tak pernah padam.
Sayangnya, penyampaian aspirasi ini digoreng sana-sini, sehingga terkesan SBY mengkritik keras pemerintahan penerusnya. Padahal bukan itu yang sebenarnya terjadi.
Masa lalu, biarlah berlalu. Sekarang, mari kita tatap ke depan. Jangan mau lagi kita didorong kiri-kanan oleh isu-isu murahan yang hendak membenturkan SBY dengan Jokowi. Mereka adalah pemimpin utama Indonesia yang sejatinya berhubungan baik, rukun dan harmonis demi kemajuan bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H