Mohon tunggu...
Rahmat Thayib
Rahmat Thayib Mohon Tunggu... Penulis - Sekadar bersikap, berharap tuna silap.

Sekadar bersikap, berharap tuna silap. Kumpulan tulisan saya: http://rahmathayib.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami "This is My War" SBY Secara Cerdas

11 Februari 2018   22:42 Diperbarui: 12 Februari 2018   01:41 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragisnya, gugatan SBY malah dipelintir dengan isu "kriminalisasi advokat".  Sudah ada konsolidasi antar advokat untuk membangun wacana perang antara Presiden ke-6 RI sekaligus Ketum DPP Partai Demokrat melawan profesi advokat. Sungguh pelintiran wacana yang keji. Padahal, sekali lagi, SBY menggugat bukan atas apa yang terjadi di dalam sidang, melainkan atas fiksi yang FW beberkan kepada media massa.

Tapi jangan pikir gugatan ini cuma perkara nama baik SBY. Pelaporan ini juga berkenaan dengan penegakan hukum, dengan penghukuman para koruptor secara adil. FW harus bisa menjelaskan di depan hukum bahwa apa yang disampaikannya kepada awak media bukan fiksi, bukan kesimpulan sesat. Kita tidak ingin sistem hukum Indonesia sampai kecolongan.

Apa kita ingin hukuman para koruptor diperingan akibat manuver para advokat yang dibayar mahal? Apakah demi menyelamatkan para koruptor, kita biarkan para advokat berbuat seenaknya, termasuk dengan mencemarkan nama baik orang lain? Jika laku ini dibiarkan, sudah pasti gerakan antikorupsi mandek. Sebab, setiap koruptor yang bisa menyewa para advokat yang siap menebar fitnah dapat selamat dari sanksi hukum. Ini adalah esensi yang membuat dukungan rakyat lewat #kamibersamaSBY terus membahana hingga saat ini.

Di Balik "This is My War"

Terakhir, saya ingin menegaskan bahwa kesimpulan sesat yang dideraskan FW mengindikasikan tindakan politis yang dilakukan FW. Jika ini dikaitkan dengan rentetan fitnah yang mendera SBY sejak November 2016 hingga hari ini, klop sudah.  Manuver FW hanya satu diantaranya---satu tapi sungguh fatal akibatnya.

Mustahil, rentetan fitnah ini berlangsung secara alami. Perhatikan intensitas fitnah terhadap SBY yang terjaga selama satu setengah tahun ke belakang. Bandingkan dengan BJ. Habibie yang aman-aman saja pasca menjabat kendati laporan pertanggungjawabannya ditolak! Oh, karena SBY adalah Ketua Umum Partai Demokrat? Lalu mengapa kondisi serupa tidak menimpa Abdurahman Wahid, Dewan Syuro PKB, atau Megawati yang juga Ketua Umum PDIP?

Bukankah pasca menjabat Gus Dur dan Megawati juga berulang-ulang mengkritik SBY? Mengapa saat itu mereka tidak didera fitnah sekeras, sebanyak dan sekesinambungan SBY hari ini?

Apa karena rakyat tidak suka dengan SBY? Ayolah! Tidak bisa ditafik, SBY adalah presiden Indonesia pertama yang dipilih secara secara langsung, jujur, adil dan demokratis. Ia diamanatkan sebagai Presiden RI pada Pilpres 2004, dan Pilpres 2009. Kepercayaan rakyat kepada SBY pada Pilpres 2009 bahkan jauh lebih tinggi ketimbang Jokowi pada Pilpres 2014. Pada Pilpres 2009, saat pesertanya ada tiga paslon, SBY meraup dukungan sebesar 73,87 juta suara. Sementara Jokowi yang head to head dengan Prabowo, dan jumlah pemilih yang jauh lebih banyak ketimbang Pilpres 2009, cuma meraup dukungan sebesar 70,99 juta.

Oh, itu kan 7 tahun lalu? Lalu mengapa nama SBY masih muncul sebagai calon presiden yang diinginkan rakyat pada Pilpres 2019 mendatang? Ambil contoh survey Media Survei Nasional per September 2017 yang menetapkan Jokowi, Prabowo dan SBY sebagai tiga kandidat capres terkuat yang diinginkan rakyat. [7] Barangkali mereka yang memilih SBY tidak paham bahwa secara konstitusional itu tidak mungkin. Tapi ini sekaligus mengonfirmasi bahwa rakyat masih menghormati dan merindukan sosok SBY.

Uniknya, derasnya fitnah ini muncul sejak Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maju sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta; dan bertahan hingga saat ini ketika AHY menjadi salah satu calon penantang Jokowi dan Prabowo yang paling diunggulkan dalam pelbagai survey.

Rentetan fitnah ini terang terkait Pilpres dan Pileg yang menyatu dalam Pemilu 2019. Ada upaya membunuh AHY, membunuh Partai Demokrat, dengan cara memfitnah SBY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun