Mohon tunggu...
Rahmat Haqiqi
Rahmat Haqiqi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Penulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan yang Tak Tersampaikan

4 Juli 2024   22:20 Diperbarui: 4 Juli 2024   22:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut kamu apa perlu kita menentukan sebuah tujuan?” TanyAku sambil meletakkan segelas kopi yang sudah mulai dingin di sebuah café tak jauh dari kampus pada suatu sore.

“Alya,” Kata Dimas memanggil namAku. “Hidup itu sebuah perjalanan dengan suatu tujuan tertentu. Menggapai tujuan bagi sebagian orang mungkin mudah, tapi bagi sebagian yang lain mungkin perlu usaha yang lebih besar,” katanya sambil memandang orang-orang yang berlalu lalang di jalanan depan cafe. 

“termasuk sebuah hubungan?” tanyAku

“tentu saja” katanya

“Bagaimana dengan kita?” Dimas terdiam

Dimas adalah orang yang sudah cukup lama Aku kenal. Kami kuliah di satu jurusan yang sama. Setiap ada kesulitan tentang materi kuliah Aku selalu bertanya padanya. Dia orang yang cerdas dan wawasannya luas. Selama ini dia selalu memiliki jawaban untuk setiap hal yang Aku tanyakan, jika tidak tahu, ia akan mengajakku untuk diskusi dan memacahkan jawabannya. Bagi orang secerdas Dimas kurasa ini adalah pertanyaan yang bisa ia jawab, atau jika tidak.. seharusnya itu bisa kami diskusikan.

Kami sudah dekat cukup lama.

Kami berdua saling kenal sejak dua tahun lalu dari sebuah kelas darurat pada masa-masa covid-19. Kelasnya terbatas, sebagian besar mahasiswa Angkatan kami hanya bisa mengikuti kuliah secara daring dari rumah masing-masing. Aku.. mengalami kesulitan setiap kali mengikuti kuliah secara daring. Bawaannya bikin ngantuk, membosankan dan gak ada bedanya dengan menonton video di youtube. Aku rasa itu menjadi awal kuliah yang buruk di semester 1 dan memutuskan untuk ikut kuliah secara luring pada semester selanjutnya, dan disana Aku mengenal Dimas.

Hubungan kami dimulai saat seorang dosen Filologi memberi tugas untuk mencari naskah kuno berusia minimal 50 tahun di daerah Tapal Kuda secara berkelompok. Sebenarnya kelompok kami berjumlah 3 orang. Tapi, salah satu teman kami bernama Yanto tertangkap razia tim Kesehatan kampus saat itu, karena diduga memalsukan surat keterangan vaksin sebagai persyaratan mengikuti kelas luring.

Dalam pencarian naskah yang ditugaskan, kami malah lebih banyak jalan-jalan dan mampir ke pasar budaya yang digelar di beberapa desa adat. Liburan berkedok tugas, itu nama yang cocok untuk tugas ini. Dari satu tempat ke tempat lain, bahkan rumah kakek-kakek mantan veteran perang berusia sekitar 90 tahunan tak luput dari target pencarian naskah kami. Tapi hasilnya nihil, paling jauh kami hanya mendapat catatan tentang daftar orang yang dikuburkan di sebuah pemakaman umum, itupun usianya 49 tahun 11 bulan 21 hari sedangkan tugas kami akan dikumpulkan satu minggu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun