Memilih Jokowi banyak pertimbangan, pemikiran dan logika. Â Hal lainnya karena aku pernah bertemu, bersalaman hingga selfie bareng. Aku pernah melihat gerak-geriknya, gestur tubuhnya dan merasakan aura-nya lewat balasan senyum dan jabat tangannya.
Pertama bertemu saat beliau baru saja menjabat presiden selama 2 bulan. Pertemuan pertama kami berlangsung di Hotel Hilton Nayphitaw, ibukota Myanmar. Saat itu beliau beserta Ibu Iriana dan rombongan menghadiri KTT Asean usai lawatan perdana ke China.
Warga Indonesia yang bermukim di Myanmar difasilitasi kedubes Indonesia di Yangon  berkesempatan  bertemu langsung beliau. Kesempatan langka yang tak boleh dilewatkan. Meski harus izin dari tempat kerja dan menempuh perjalanan 6 jam dari Yangon ke Nayphitaw, aku tetap semangat.
Acara yang berlangsung di salah satu ballroom Hotel Hilton pun tiba. Dengan rasa deg-degan kami menanti beliau masuk ruangan. Saat datang, Â semua tamu undangan berdiri. Seperti biasa, oleh MC beliau dipersilahkan duduk di kursi yang sudah disiapkan. Namun apa yang terjadi? Alih-alih langsung duduk seperti presiden lain, beliau malah langsung menghampiri tamu di deretan kursi dan mengajaknya ngobrol. Aku sangat terkejut. Sejujurnya, bulu kudukku merinding. Bukan karena pertama kalinya akan bertemu presiden seumur hidupku, namun aku terharu dan tak percaya ada presiden yang tak ikut aturan protokol. Aturan yang selama ini diam-diam aku benci. Terlalu diatur, terlalu formal dan cenderung mengkultuskan pejabat. Namun kali ini aku berhadapan langsung dengan pemimpin yang menghapus kebencian itu.
Rasa semakin campur aduk saat beliau dan Ibu Iriana semakin mendekati tempat aku berdiri. Aku bingung. Beliau semakin dekat dan..
"Kamu dari mana?" Tanya Pak Jokowi dengan senyum.
"Aku kerja di Ericsson Indonesia, pak."Jawabku sambil, jujur aja, gemetar.
"Oh, sudah ada di sini juga ya?" Beliau masih bertanya.
"Sudah pak. Kebetulan kantor baru, aku dikirim dari Jakarta untuk mendukung operasional di Yangon" masih gemetar juga
"Bagus. Kerja yang baik dan jaga nama baik bangsa selama di sini." Sambung beliau.
"Boleh foto bareng pak?"