Jam 12.15, Jaya, Johan dan Ncek segera mempersiapkan Anchor Y. Anchor Y adalah alat bantu yang dibuat dari 3 webbing berbentuk huruf Y. Anchor itulah yang akan menjadi titik utama untuk menggantung tali utama. Aktifitas awal inilah yang menjadi faktor penentu aktifitas penelusuran kami. Meski Jaya dan Johan sudah pernah melakukan penelusuran di gua ini, tak urung aktifitas pembuatan anchor Y ini tetap menjadi hal mendebarkan. Betapa tidak, untuk memasang 2 titik anchor, seseorang harus melompati 2 dinding tebing berjarak 1 meter secara manual. Terdengar mudah dan gampang bukan? Tapi perlu diketahui, diantara 2 dinding tebing itulah terdapat celah laksana jurang menganga sedalam 80 meter yang berakhir di dasar gua! Berani?
Akhirnya Jaya mengambil alih pembuatan anchor. Setelah semua siap, kami kembali melakukan pengecekan alat yang tertempel di badan. Harness lengkap dengan semua pengunci terpasang, carabiner, ascender/descender, foot loop, head lamp lengkap dengan battery cadangan, helm dan sepatu boot, akhirnya kami memulai penelusuran. Ncek yang turun terlebih dahulu disusul aku lalu Jaya akan turun terakhir.
Tali utama sudah tertambat di descender dan tali back up yang di belay Johan sudah tertambat di harness, aku mulai turun dibantu Jaya. Aku hanya sekali melihat ke bawah untuk melihat pitch 1 di kedalaman 17 meter dari starting point. Aku lumayan stress karena descender yang aku gunakan sering macet akibat tali yang basah dan kotor karena lumpur. Tak ayal aku harus berusaha keras mengatasinya menggunakan 1 tangan kiri yang hingga saat ini belum pulih dari sakit. Meski cuaca dingin saat itu, keringat mengucur deras membasahi wear pack yang aku kenakan. Setelah berusaha dan berupaya keras, akhirnya aku bisa tiba di pitch 1 dimana Ncek sudah menunggu. Pitch 1 hanya berupa teras kecil dan bisa memuat 4-5 orang. Tak banyak yang bisa kami lakukan di pitch 1 selain mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke Pitch 2. Jarak Pitch 1 ke Pitch 2 sekitar 8 meter. Meski berjarak pendek, akan terasa lebih sulit karena terdapat cekungan yang berada tepat di bawah pitch 1. Hal lain yang harus diantisipasi adalah terjadinya friction/gesekan antara tali dengan bibir pitch. Hal itu sangat membahayakan karena dapat merusak tali dan tentu saja, tali bisa putus! Jika tali putus, "Sampai bertemu di kehidupan berikutnya..."
Setelah berjibaku dengan tali dan cekungan gua yang membuat geregetan, akhirnya kami bertiga tiba kembali di titik awal penelusuran. Kopi dan roti yang sudah menunggu tak butuh waktu lama untuk hilang dalam kegelapan gua. Kami beristirahat sejenak, waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Saat itulah aku mengungkapkan hal mengenai suara tawa anak kecil dari dasar gua yang aku dengar subuh tadi. Dan ternyata, suara tawa itu juga di dengar oleh Johan dan Jaya. Memang sudah banyak cerita beredar mengenai hal-hal 'unik' di gua yang awalnya bernama Gua Si Putri itu. Termasuk cerita mengenai 'penghuni' seorang wanita cantik dan anak kecil sudah sering terdengar. Meskipun kami bertiga mendengarkan dan mengalami hal yang sama, tak disangka kami juga mengambil langkah yang sama, Keep silent and the show must go on… Hehehe…
Semua peralatan kembali dikumpulkan, perjuangan melepas anchor juga harus dilakukan. Kali ini Ncek harus melakukannya sendiri. Dia yang awalnya masih ragu namun karena di semangati (tepatnya dipaksa) oleh Johan, akhirnya sanggup melakukannya. Termasuk melompati jurang berkedalaman 80 meter. Alat terkumpul, area sudah dibersihkan dari sampah-sampah yang dimasukkan ke dalam plastik untuk dibawa turun, kami berjalan keluar dari gua. Berbeda saat masuk, kali ini kami disambut sinar matahari nan cerah pagi itu. Jam sudah menunjukkan angka 8 pagi dan kami sama sekali belum tidur. Perjalanan kembali ke Base Camp Linggih Alam diwarnai dengan canda dan tawa.
Terima Kasih Gua Keraton, Tajur, Rekan-rekan Linggih Alam, Karang Taruna Leuwi Karet untuk akhir pekan yang sangat menyenangkan. Juga untuk rekan-rekan hebatku, Jaya, Bandot, Johan, Ncek dan Eko. Kami akan datang kembali ke sana karena konon masih ada sekitar 80 gua bertebaran di tanah elok bagian barat pulau Jawa yang tak jauh dari Jakarta ini.