Kami melangkah lebih ke dalam lagi menuju bangunan induk. Sebuah ruang menyerupaiÂ
hall berbentuk lonjong beralas karpet merah tebal. Itulah Ruang Garuda. Kami tak diijinkan masuk ke dalam ruangan itu dan hanya bisa sampai di pintu yang sudah diberi pembatas. Saat tempat itu masih dihuni oleh pemerintah Belanda dan Presiden Soekarno, ruangan itu sering digunakan sebagai ruang dansa.
Saat ini ruangan itu sering digunakan untuk acara resmi kenegaraan. Â Yang unik dari ruangan itu adalah atap plafon yang dipenuhi mozaik-mozaik bergaya klasik. Tiga buah lampu Kristal dilengkapi lambang negara dan bendera merah putih menjadi pemanis ruangan yang terlihat berwibawa itu.
Ruangan lainnya adalah ruangan teratai. Ruangan yang kerap di gunakan sebagai ruangan menerima beberapa kepala negara juga terlihat sangat indah. Tercatat presiden Amerika
George W.Bush pernah diterima di ruangan itu. Beberapa peristiwa penting pernah terjadi di dalam Istana yang dibangun di tahun 1745 oleh pemerintah Hindia Belanda itu.
Sejak resmi menjadi Istana Kepresidenan di tahun 1950, beragam acara dan peristiwa penting terjadi di sana. Sebut saja penandatangan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang menjadi pemicu lengsernya Bung Karno dari Kursi Kepresidenan, Pertemuan APEC di era kepemimpinan Presiden Soeharto, Pernikahan Putra Presiden SBY, ataukah mungkin dekrit pengesahan Hari Ibu juga ditandatangani di istana ini?
Usai melihat-lihat bagian dalam istana, kami dipersilahkan keluar melalui pintu sayap kanan. Ada beberapa bagian yang tidak dibuka untuk umum khususnya di sayap kanan. Setelah mengambil beberapa foto termasuk di ruang kerja mantan Presiden Soekarno, aku mengajak mama menuruni tangga istana. Kami lalu berjalan keluar istana yang saat ini digunakan sebagai kediaman resmi Presiden Joko Widodo. Â
Sebuah perasaan gembira dan bahagia terselip di dalam hati. Gembira dan bahagia karena telah bisa mewujudkan keinginan mama untuk bisa masuk ke dalam Istana Bogor yang pernah beliau idam-idamkan. Bahagia itu sederhana, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya