Aku sempat teringat kejadian saat pertemuan pertama di Hotel Hilton Nay Phi Taw tahun lalu. Saat itu Presiden dan Ibu Negara memasuki ruangan didampingi Duta Besar Indonesia untuk Myanmar. Presiden di persilahkan duduk di kursi depan yang sudah disiapkan. Alih-alih langsung duduk, Pak Jokowi malah langsung menghampiri tamu undangan dan mengajak mereka salaman satu persatu sambil bercakap-cakap. Termasuk aku yang tentunya tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk segera ber-
selfie setelah sebelumnya meminta ijin beliau, “
Pak, boleh selfie bareng?” Pak Jokowi hanya menjawab dengan senyuman khas. Jadinya seperti foto di bawah ini. *
envy kan?
Itulah bedanya bertemu Presiden Jokowi di Indonesia khususnya di Istana Negara dan di luar negeri. Saat di Myanmar, tamu undangan diperbolehkan membawa kamera dan
gadget ke dalam ruangan. Tetap melalui pemeriksaan di mesin
X-Ray seperti yang dilakukan di Istana Negara. Namun saat itu tak ada aturan yang terkesan ‘ribet’ dari team protokol. Undangan pun ada yang tak mengenakan kemeja batik. Meski demikian, kesan
casual dan santai tercipta di pertemuan itu. Paspampres tetap berjaga-jaga di samping presiden untuk menjaga kemungkinan yang bisa saja timbul setiap saat.
Body language Presiden Jokowi yang menghindari kesan ‘serius’ sangat membuat rileks para undangan. Hal itu yang membuat kami para rakyat jelata yang berinteraksi dengan beliau pun menjadi rileks dan santai.
Terlepas dari hal itu, aturan tetap aturan. Pihak Protokol Istana dan Paspampres hanya menjalankan tugas demi menjamin keamanan dan keselamatan presiden sebagai pemimpin tertinggi negeri ini. Ibarat kata, presiden dan segala petugas yang ada di istana adalah tuan rumah dan kami adalah undangan atau tamu yang harus menuruti aturan. Ibarat pepatah, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung…
Terima kasih Pak Jokowi untuk undangan makan siang serta kesempatan untuk menjejakkan kaki di Istana Negara. Terima kasih pula untuk Kompasiana yang telah membuat mimpi dan khayalan seorang rakyat jelata sepertiku bisa menjejakkan kaki di Istana Negara. Siapa tahu suatu saat kelak aku bisa menjejakkan kaki lagi di sana dalam posisi bukan lagi sebagai tamu undangan namun sebagai tuan rumah.. aku perjelas, maksudnya sebagai presiden… Aminnn… Hehehe..
*Sumber Foto : Koleksi Pribadi dan Istana Kepresidenan Republik Indonesia (foto terakhir)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya