Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Terjebak di Tengah-tengah Tentara Israel di Masjid Al-Aqsha Palestina

12 November 2015   14:55 Diperbarui: 12 November 2015   14:55 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Traveling tak harus selalu berisi foto dan kenangan indah. Beberapa kenangan ‘tak menyenangkan’ juga kerap terjadi meski itu takkan pernah menyurutkan passion untuk terus berkelana. Setelah sekian lama aku menceritakan hal-hal indah dan menyenangkan, aku akan mengungkapkan beberapa pengalaman yang sedikit ‘mengerikan’ dan takkan pernah terlupakan. Salah satunya saat harus berada di tengah-tengah kerumunan tentara Israel yang sedang berganti shift di kompleks  Masjid Al-Aqsha di Jerussalem, Palestina.

Saat sedang melakukan umroh plus 2 tahun lalu, salah satu tempat yang aku dan rombongan kunjungi adalah Kota Suci Jerussalem di Palestina. Kami tiba di Kota Jerussalem  malam hari setelah melewati perbatasan dengan pemeriksaan yang sangat rumit dan lama di Security Check Point di Allenby King Hussein Bridge. Jembatan yang memisahkan antara Jordania dan Jerussalem itu adalah salah satu akses yang bisa di masuki oleh para turis ataupun peziarah jika akan memasuki Kota Jerussalem yang saat ini dikuasai oleh Israel.

Kami tiba di Hotel National Jerussalem sekitar jam 9 malam setelah meninggalkan Jordan sekitar jam 1 siang. Karena kelelahan, semua anggota rombongan memutuskan untuk langsung beristirahat setelah menikmati makan malam di restoran hotel. Rencananya kami akan menunaikan shalat subuh di Masjid Al-Aqsha, salah satu dari 3 masjid suci Umat Islam setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah.

Pukul 3.30 pagi, kami semua sudah berkumpul di lobby hotel dan bergegas menuju Mesjid Al-Aqsha. Kami semua merasa excited khususnya bagi yang baru pertama kali akan menginjakkan kaki di masjid suci yang pernah menjadi kiblat Umat Islam dalam melaksanakan shalat. Mesjid tempat persinggahan terakhir Rasulullah Muhammad SAW  di bumi sebelum terbang menuju Sidratul Muntaha saat peristiwa Mi’raj untuk menerima perintah shalat 5 waktu langsung dari Allah SWT.

Rombongan bergegas meninggalkan hotel menuju Masjid Al-Aqsha yang letaknya sekitar 300 meter dari hotel. Anggota rombongan yang mayoritas ibu-ibu berjalan cepat bahkan nyaris berlari agar bisa segera tiba di masjid. Sementara seorang dokter yang kami panggil Pak Dokter yang sudah berusia lanjut terlihat berjalan pelan. Sebenarnya beliau datang bersama istrinya namun istrinya sudah berjalan di depan. Jemaah lelaki lainnya juga sudah berjalan di depan. Tinggallah Pak Dokter yang berjalan perlahan seorang diri di belakang. Akhirnya aku menemani Pak Dokter menyusuri jalanan sepi di jantung Kota Jerussalem di subuh nan dingin.

Setelah berjalan sekitar 15 menit karena berjalan pelan, kami tiba di depan gerbang Herod’s Gate. Sekedar informasi bahwa kompleks Masjid Al-Aqsha atau dikenal  juga dengan Al-Haram Al-Sharif terletak di dalam bangunan Old City yang dipagari tembok tinggi layaknya benteng. Untuk memasukinya ada 14 pintu, salah satunya adalah Gate Herod yang terletak  tak jauh dari Hotel National tempat kami menginap. Setelah melewati gate, kami harus melewati lorong-lorong yang gelap karena beberapa penghuninya masih terlelap. Hanya beberapa sudut saja yang diterangi lampu jalan. Lorong-lorong itu bercabang-cabang. Karena berjalan pelan akhirnya kami tertinggal dari rombongan. Jadilah aku kebingungan harus melewati jalan yang mana sementara Pak Dokter hanya mengikuti sambil menggenggam tanganku. Di beberapa ruas terdapat tangga naik turun dan juga terowongan.

Masih dalam kegelapan, kami mencoba mengikuti jalur yang ada. Beberapa Tentara Israel terlihat hilir mudik dengan senjara laras panjang tergenggam di tangan. Ada sedikit rasa was-was apalagi jika mengingat berita yang selama ini beredar di media akan perlakuan mereka terhadap kaum muslim di Palestina. Kami sudah cukup jauh berjalan dan satupun anggota rombongan tak terlihat termasuk mamaku yang ikut bersama rombongan ibu-ibu lainnya. Kami tetap berjalan hingga akhirnya merasa bahwa kami sudah terlewat. Namun aku tak menyampaikan kebingunganku kepada pak Dokter. Aku terus berjalan dan sesekali berpapasan dengan mobil yang melintas berlawanan.

Di sebuah perempatan kami tiba di sekumpulan tentara yang pastinya adalah tentara Israel. Sepertinya mereka sedang berganti shift karena tampak beberapa tentara turun dari mobil dengan membawa tas besar sementara tentara yang lainnya tampak bersiap-siap mengemasi barang-barangnya. Jumlah mereka sekitar 10 orang. Jam sudah menunjukkan pukul 4.30 pagi dan sayup-sayup terdengar kumandang suara adzan dari kejauhan. Benar dugaanku bahwa kami sudah terlewat.

Aku mengajak pak dokter berhenti persis di samping kumpulan tentara Israel tadi. Aku tak dapat lagi menyembunyikan kebingungan kepada pak Dokter. Kumandang adzan menandakan shalat subuh segera di mulai sementara kami masih belum tiba di masjid. Parahnya lagi kami tak tahu jalan menuju ke masjid.

Tak ada pilihan lain aku harus bertanya dan satu-satunya tempatku bertanya adalah rombongan tentara Israel tadi. Aku segera menghampiri dan bertanya ke salah seorang dari mereka. Tentara lainnya langsung mengerubungiku. Aku berusaha menguasai diri dan,

Maaf pak, aku ingin bertanya jalan ke Mesjid Al-Aqsha

Kamu dari mana?”

Indonesia!”

Kamu hanya berdua?”

Kami rombongan tapi terpisah karena bapak itu (sambil menunjuk Pak Dokter) tak bisa berjalan cepat

Kalian sudah terlewat. Kembali ke jalan itu (sambil menunjuk jalan di belakang ku) dan bertemu jalan ke kiri, kalian lewat situ. Ikuti jalan itu nanti akan terlihat pintu berwarna hijau, masuklah dari sana”

“Oh ok, terima kasih”

Begitulah sekelumit percakapan kami. Aku kembali menggandeng tangan Pak Dokter menuju jalan yang ditunjuk tentara tadi. Setelah berjalan sekitar 10 menit, kami tiba di pintu berwarna hijau yang dimaksud. Pintu yang hanya terbuka sedikit itu adalah akses masuk ke dalam kompleks Al-Haram Al Sharif. Tampaklah masjid As Sakhrah atau Dome of the Rock. Mesjid berkubah emas yang telah menjadi icon Kota Jerussalem dan Palestina. Mesjid indah itu membuatku merinding dan mengajak Pak Dokter berhenti sejenak. Ini pertama kali aku melihat masjid ini secara langsung yang terletak beberapa langkah di depanku. Selama ini aku hanya melihat foto dan gambarnya. Adzan subuh sudah berakhir sementara kami masih harus lanjut berjalan. Masjid Al-Aqsha masih berada di bagian bawah dan harus menuruni tangga yang cukup tinggi. Aku kembali menuntun tangan Pak Dokter melangkah menuruni anak tangga yang akhirnya membawa kami ke pelataran Masjid Al-Aqsha dan segera masuk untuk shalat subuh. Bagaimana rasanya melakukan shalat di dalam masjid yang sangat bersejarah bagi Umat Islam itu? Bagaimana pula rasanya melihat dan menyentuh batu yang pernah diinjak oleh Rasulullah Muhammad SAW di dalam Dome of the Rock? Aku akan ceritakan lain kali, lengkap dengan foto-foto eksklusif-nya.

*Sumber Foto : Dokumen Pribadi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun