Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyeberang ke Pulau Timang

24 Agustus 2014   23:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:40 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Donny sampai di seberang, kursi kayu kembali di tarik agar bisa terkirim ke tempatku berada untuk gantian menyeberang. Tapi...o'ooo, Donny lupa melepaskan Safety Belt di badannya dan mengirimnya kembali bersama dengan kursi.  Jadilah aku akan mneyeberang tanpa menggunakan safety belt. Agak ngeri juga saat aku mulai menaiki kursi kayu tanpa pengaman apapun. Aku hanya berpegangan erat-erat ke tiang kursi. Sesaat aku berteriak agar Mas Anto dan Donny menarik tali . Mulailah aku menyeberang ke Pulau Timang. Angin yang bertiup kencang dan deburan ombak yang sesekali membasahi menambah 'kencangnya' detak jantungku. Betapa tidak, andai tiba-tiba ada angin kencang atau ombak yang besar dan menerpaku, aku bisa saja terlempar dari kursi dan terjatuh ke dalam gulungan ombak yang berderu di bawahku. Untungnya aku selamat tiba di Pulau Timang dan langsung 'toss-tossan ' dengan Donny pertanda kami berhasil. Segera kami mengabadikan moment itu dengan berfoto.

[caption id="attachment_320788" align="aligncenter" width="640" caption="(Koleksi Pribadi) Aku dan Donny di Pulau Timang"]

14088736701544968698
14088736701544968698
[/caption]

Hari sudah semakin gelap dan tampaknya sudah berbuka puasa. Kami tak membawa air atau makanan apapun sementara kami masih ada di Pulau Timang yang kosong. Segera kami berbenah dan Donny mulai menggunakan safety belt lagi. Aku mengingatkan agar safety belt jangan lupa di lepas dan di kaitkan di kursi saat sudah tiba. Sama seperti di awal, aku dan Mas Anto kembali menarik tali agar kursi kayu bisa menyeberang. Saat pengembalian kursi, Mas Anto meminta agar dia menyeberang duluan karena posisi Pulau Timang yang lebih rendah dari pulau seberang, maka akan kesulitan jika hanya ditarik oleh 2 orang untuk kembali. Aku tak punya pilihan apa-apa kecuali menyetujui usulan Mas Anto, apalagi hari sudah gelap. Sesaat setelah kursi tiba, Mas Anto naik dan aku mulai menarik tali agar kereta bergerak lagi. Jadilah aku seorang diri di pulau batu itu. Hari sudah benar-benar gelap. Dari seberang Donny menyalakan senternya yang menjadi penanda bagiku bahwa masih ada orang di seberang pulau. Tak lama kursi kayu datang dan aku mulai naik. Kali ini Donny tak lagi lupa mengembalikan Safety Belt jadi aku merasa ' lebih aman' dibanding saat menyeberang di awal tadi. Deburan ombak Pantai Selatan  yang bergemuruh serta kilatan cahaya lampu senter Donny dari seberang yang terlihat bagiku, selebihnya gelap. Suasananya lumayan horror...

Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 malam saat kami tiba kembali di mobil dan segera melaksanakan buka puasa walaupun terlambat. Setelah membayar Mas Anto, kami kembali menyusuri gelapnya jalan-jalan di Wonosari untuk melanjutkan petualangan dengan camping di Pantai Indrayanti dan besoknya menjelajahi Goa Jomblang, masih dalam kondisi berpuasa. Ingin tahu seperti apa suasana malam di Pantai Indrayanti di bulan Ramadhan dan indahnya cahaya surga Goa Jomblang? Ikuti petualangan kami...

Foto by : Rahmat Hadi dan Donny Alamsyah

Bisa pula di saksikan di Youtube kami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun