[caption id="attachment_322247" align="aligncenter" width="420" caption="(Doc.Pribadi) Aku dan Motor"][/caption]
Bagaimana cara mengantisipasi kemunginan kenaikan harga BBM? Apa hubungannya antara kenaikan BBM dan sebuah perjalanan meraih mimpi dan obsesi? Simak curhatan aku hari ini...
Hari ini adalah hari ke 2 aku menggunakan sepeda motor ke kantor setelah sekitar 12 tahun aku selalu menggunakan mobil.  Bukan tanpa sebab aku memutuskan untuk melakukan perubahan dan penggantian jenis transportasi itu. Berikut beberapa ulasannya :
1. Cost Saving/Efficiency
Yah, melakukan cost saving dan efficiency adalah pertimbangan utamaku. Selama ini dengan menggunakan mobil, aku harus mengeluarkan biaya sebesar 2,5 - 3 juta sebulan untuk bahan bakar premium bersubsidi dan biaya tol. Itu hanya untuk keperluan pekerjaan dari rumah yang di daerah Cibubur dan kantor yang di daerah Pondok Indah. Jika ada keperluan pribadi lainnya di weekend baik untuk urusan di Jakarta atau melakukan traveling dengan membawa mobil, biaya itu akan lebih besar lagi. Biaya itu belum termasuk biaya tune up  yang akan memakan biaya sekitar 1 - 1.5 juta tiap 3 bulan. Apalagi jika ada penggantian spare part yang besarannya bervariasi tergantung dari jenis part yang di ganti. Pengeluaran yang cukup besar bukan? Dengan naik motor, aku bisa mengeluarkan biaya hanya seperlima dari biaya bulanan atau sekitar 'hanya' 500 ribu rupiah.  Sebuah tindakan 'penghematan' yang sangat significant. Di samping itu, aku memiliki sebuah mimpi dan rencana besar untuk melakukan traveling ke benua Afrika selama sebulan yang membutuhkan biaya yang cukup besar jadi aku harus 'banyak' menabung dan menabung yang 'banyak'. Jadilah biaya transport masuk dalam urutan pertama yang harus 'disesuaikan'.
2. Harga dan ketersediaan premium
Sejujurnya aku akui selama ini aku selalu menggunakan BBMÂ bersubsidi. Dulu pernah menggunakan BBM non subsidi namun pengeluaran yang teramat besar karena hampir 2x lipatnya membuat aku kembali beralih menggunakan BBM bersubsidi. Â Andai nanti BBM bersubsidi di naikkan dan hal itu 'memaksaku' untuk menggunakan BBM non subsidi, tentu saja biaya yang sudah aku sebutkan di atas akan lebih besar lagi. Walaupun niat untuk melaksanakan tindakan penghematan ini sudah lama ada di benakku, namun dengan adanya faktor di poin nomor 2 ini yang semakin membuat tekadku semakin bulat.
3. Kemacetan Jakarta sudah semakin parah
Beberapa bulan belakangan ini aku merasakan kemacetan Jakarta sudah semakin parah. Hal ini bisa diukur dari waktu tempuh yang semakin hari semakin lama untuk perjalanan dari dan ke kantor. Entah di sadari atau tidak, kemacetan ini pastinya akan berimbas terhadap penggunaan bahan bakar dan kondisi kendaraan yang lebih sering 'berkunjung' ke bengkel yang artinya...mobil jadi lebih sering 'jajan' spare part. Apakah naik motor tidak macet? Tetap macet juga tapi aku lebih memilih macet dengan biaya yang murah di banding macet dengan biaya yang mahal.
4. Kontribusi buat Negara dan Jakarta
Ini pendapat pribadi dan mungin terdengar berlebihan atau lebay, sok nasionalis atau apalah, tapi dengan beralih dari mengendarai mobil ke motor adalah bentuk  kontribusi yang bisa aku lakukan  dengan tidak mengkonsumsi  BBM bersubsidi dan juga bisa turut membantu mengurangi kemacetan Jakarta. Mungkin pengurangan 1 mobil tidak akan terasa, tapi andai ada 10, 100, 1000, atau 10.000 orang yang ikut melakukan langkah ini maka setiap hari kerja jalanan  Jakarta akan kekurangan mobil yang lumayan banyak. Tapi itu lagi-lagi pendapat pribadi tanpa bermaksud menggurui.
5. Peningkatan pendapatan yang perlu 'disesuaikan' dengan inflasi
Ini salah satu hal yang juga menjadi pertimbanganku. Peningkatan pendapatan atau tepatnya gaji dengan mempertimbangkan laju inflasi. Aku bukan ahli ekonomi atau finansial tapi lagi-lagi ini adalah pemahamanku sebagai orang awam. Jika pendapatan atau gaji meningkat namun peningkatannya di bawah laju inflasi yang selama ini berkisar di angka 5 - 8%, artinya bahwa kita sebenarnya mengalami 'pengurangan' pendapatan jika pengeluaran atau 'gaya belanja' kita konstan atau sama sebelum adanya kenaikan. Apalagi jika pengeluaran kita malah bertambah karena menjadikan peningkatan gaji itu sebagai dasar. Ini yang menjadi pertimbangan dan kewaspadaanku sehingga aku memutuskan untuk melakukan beberapa 'penyesuaian' gaya hidup termasuk berhenti merokok sejak beberapa bulan lalu dimana aku bisa melakukan penghematan pengeluaran selama 500 ribu sebulan.
Sejujurnya, perubahan transportasi yang aku jalani lumayan berat mengingat aku yang sudah terbiasa menggunakan mobil sejak bekerja puluhan tahun yang silam. Tapi ada sesuatu yang aku coba mengerti bahwa hal ini bukan hanya aku yang melakukannya. Bagaimana dengan orang yang juga sudah bertahun-tahun naik motor ke kantor dengan waktu dan jarak tempuh yang lebih lama dan jauh dariku namun mereka hingga hari ini masih survive? Bukankah masih banyak orang yang malah belum memiliki rejeki untuk memiliki kendaraan sendiri dan setiap hari masih harus menggunakan kendaraan umum yang pastinya perjuangannya lebih berat?
[caption id="attachment_322253" align="aligncenter" width="538" caption="(Doc.Pribadi) Naik motor saat mengunjungi pengungsi G.Kelud"]
Mengendarai motor sebenarnya bukan barang baru bagiku. Di awal-awal karier aku juga mengendarai sepeda motor ke kantor namun saat itu aku masih di Makassar dimana kemacetan berbeda dengan Jakarta, itupun hanya terjadi beberapa bulan saja. Setelahnya aku mendapat mobil dinas dari kantor hingga memiliki rejeki punya mobil sendiri. Selain itu, beberapa waktu lalu aku juga pernah melakukan touring dengan mengendarai motor selama 17 hari mulai dari Kota Mataram di Lombok menyusuri Pulau Lombok, Sumbawa, Flores hingga ke Kupang di Timor (Nantikan kisah perjalanan serunya di Kompasiana), jadi soal suka duka dan plus minus naik motor sudah lumayan familiar.
[caption id="attachment_322248" align="aligncenter" width="560" caption="(Doc.Pribadi)Naik Motor di Kelimutu"]
Walaupun terlalu cepat untuk menarik kesimpulan, hingga hari ke 2 ini aku masih sangat menikmati 'perubahan' ini. Aku seperti menemukan sesuatu yang 'baru' serta aku memiliki beberapa pengalaman lucu diantaranya hingga pagi tadi selama pulang dan pergi aku selalu melewati route jalan yang berbeda. Bukan karena aku sengaja tapi aku..nyasar. Selama ini dengan mobil , aku sisa mencari jalan tol dan berpindah dari satu tol ke tol yang lain, namun dengan mengendarai motor aku tidak bisa lagi melakukan hal itu. Kemarin saat pulang kantor, entah karena melamun atau bagaimana, aku hampir memasukkan motorku ke jalan tol... Begitu juga aku kebingungan mencari pintu keluar khusus motor untuk meninggalkan kantor karena akses keluar masuk untuk mobil dan motor di kantorku berbeda. Pengalaman-pengalaman seperti itu yang membuat aku menertawai 'kebodohan' diri sendiri namun aku sangat menikmatinya. Dengan bermotor, aku juga bisa 'menikmati' beberapa pemandangan baru yang selama ini hanya aku nikmati dari balik kaca mobil yang dingin dan sejuk. Seperti sebuah perjalanan adventure, aku menikmati setiap moment selama  perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Mudah-mudahan perasaan ini akan berlangsung selamanya dan aku tidak kembali lagi menggunakan mobil saat aku mulai bosan. Namun hal yang menjadi motivasi utamaku untuk terus melanjutkan tindakan 'penghematan' ini adalah...Sebulan di Afrika! Masih lama sehh.. tapi persiapan dan menabungnya sudah harus mulai dari sekarang. Tak apalah 'sedikit' ribet dengan helm, jaket, kaos tangan, masker dan lain-lainnya....
[caption id="attachment_322252" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Naik Motor Keliling Flores"]
Foto by : Rahmat Hadi and Jack Firman (Mataram)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H