[caption id="attachment_323552" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Pantai Papuma"][/caption]
Pagi yang cerah saat aku menyusuri jalanan yang relatif sepi di kota Pacitan. Ini adalah hari ke 5 perjalanan berkeliling jawa yang aku lakukan dan hari ini target untuk menginap adalah kota Blitar dimana agenda utamanya adalah nyekar di makam Bung Karno, Putra Sang Fajar yang juga Bapak Proklamator Bangsa. Aku menyusuri jalan-jalan pedesaan di daerah Trenggalek dan Tulungagung. Bentangan luas laut jawa menemani selama perjalanan menyusuri trenggalek.
[caption id="attachment_323553" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Pantai di Trenggalek"]
Perjalanan ke Tulungagung cukup menguras tenaga dan memerlukan kehati-hatian dalam mengemudi. Selain jalannya naik turun dan harus menyeberangi beberapa bukit, kondisi jalan yang buruk dan sempit, di beberapa ruas jalan juga sering terjadi tanah longsor seperti yang sering terjadi di daerah Dongko. Tak jarang harus berhenti cukup lama karena system buka tutup yang diberlakukan.
Sekitar jam 7 malam, aku tiba di kota Blitar dan segera mencari penginapan. Sebuah hotel di jalan Melati menjadi pilihanku. Kamarnya lumayan nyaman untuk beristirahat sejenak setelah menyetir seorang diri selama 9 jam dengan melintasi route yang lumayan berat. Setelah melepas lelah sejenak di kamar, aku menyusuri jalan-jalan kota Blitar untuk mencari makan malam di sekitar alun-alun kota Blitar.
[caption id="attachment_323554" align="aligncenter" width="427" caption="(Doc.Pribadi) Patung Bung Karno di Blitar"]
Keeseokan harinya setelah sarapan, aku check out dan melanjutkan perjalanan ke Makam Bung Karno. Lokasinya yang terletak di sekitar pemukiman dengan banyak papan petunjuk membuatku tak sulit untuk menuju ke kawasan makam Presiden Pertama RI itu. Makam Bung Karno terletak di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanawetan Kota Blitar seluas 1,8 Ha.
[caption id="attachment_323555" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Makam Bung Karno"]
Setelah melewati pintu gerbang, akan terlihat sebuah bangunan joglo yang merupakan bangunan utama dimana terbaring Pahlawan besar penyambung lidah rakyat itu. Saat tiba, terlihat masih banyak peziarah yang sedang berdoa di sekitar pusara. Aku memilih melihat-lihat sekeliling dan akan nyekar setelah orang mulai berkurang.
[caption id="attachment_323557" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Nisan Bung Karno"]
Saat melihat peziarah sudah tidak terlalu banyak, aku mulai mendekati makam dimana terdapat batu nisan hitam bertuliskan “DISINI DIMAKAMKAN BUNG KARNO, PROKLAMATOR KEMERDEKAAN PRESIDEN PERTAMA REPUBLIK INDONESIA..” Saat mendekati makam, disampingku ada seorang bapak bersama anaknya aku lihat sedang mengambil batu kerikil dari makam. Entah apa yang mendorongku untuk ‘menegur’ bapak itu, “ Pak, boleh minta tolong batunya jangan diambil?” kataku dengan pelan. Bapak itu memandangku dan berkata, “Hanya sedikit kok, mas.” Yang aku jawab, “ Jika semua peziarah berpikiran dan bertindak seperti bapak, dalam sekejap batu-batu itu akan habis, pak!” Bapak itu terdiam lalu entah karena merasa omonganku benar atau merasa kesal, dia lalu meletakkan batu itu kembali ke atas makam dan segera pergi. Aku segera memegang nisan yang berupa batu besar berwarna hitam tadi dan membacakan doa surah Al Fatihah agar mantan pemimpin bangsa itu mendapat tempat yang layak dan indah di sisi-Nya.
Sebelum meninggalkan kawasan makam, mataku mencari-cari bapak yang aku tegur di sisi makam tadi untuk minta maaf namun aku tak menemukannya. Sekitar jam 10 pagi, aku meninggalkan kota Blitar menuju Jember yang akan melewati pinggiran kabupaten Malang, Lumajang hingga akhirnya akan tiba di Jember.
[caption id="attachment_323560" align="aligncenter" width="427" caption="(Doc.Pribadi) Jalan Akses ke Pantai Papuma"]
[caption id="attachment_323562" align="aligncenter" width="427" caption="(Doc.Pribadi) Pintu Gerbang Papuma"]
Sebuah pintu gerbang bertuliskan ‘ Selamat Datang di Wahana Rekreasi Alam Tanjung Papuma’ menyambutku . Mulailah aku menyusuri jalan sepanjang 5 km itu sebelum tiba di kawasan Pantai Papuma yang sebenarnya merupakan singkatan dari Pasir Putih Malikan. Setelah melewati hamparan persawahan, gunung dan hutan jati, aku tiba di ujung jalan yang merupakan pertigaan. Ke kiri arah Pantai Watu Ulo, ke kanan Papuma. Aku langsung belok kanan ke arah Papuma. Di Papuma ini akan bergabung rekanku dari group Jalan Kaki bernama Gilang yang bertempat tinggal di Desa genteng, Banyuwangi. Gilang akan bergabung denganku mulai dari Papuma, Alas Purwo, Ijen dan Baluran.
[caption id="attachment_323567" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi)Pantai Papuma "]
[caption id="attachment_323569" align="aligncenter" width="427" caption="(Doc.Pribadi) Pantai Papuma "]
Setelah memarkir mobil, aku berjalan ke arah pantai yang diatasnya terbentang hamparan pasir putih yang sangat luas. Beberapa pengunjung terlihat sedang bermain bola. Sesaat aku mendapati diriku terkagum-kagum dengan keindahan pantai Papuma. Betapa tidak, hamparan pasir putih dan laut lepas berhias karang berbentuk unik serta barisan perahu nelayan yang berbentuk unik terombang ambing oleh hempasan ombak pantai selatan menciptakan lukisan alam yang sangat indah. Aku menyusuri hamparan pasir putih yang memanjang hingga 800 meter dan berakhir di sebuah bukit bernama Siti Inggil yang dipuncaknya terdapat sebuah gazebo. Ternyata puncak bukit itu adalah view point utnuk memandang bentangan laut selatan jawa dengan buih ombak berwarna putih yang semakin menambah keindahan panorama pantai yang luar biasa. Tak lama aku di bukit, Gilang datang dan bergabung denganku saat matahari dengan warna jingganya mulai turun pertanda malam akan segera tiba.
[caption id="attachment_323570" align="aligncenter" width="427" caption="(Doc. Pribadi) Pantai Papuma "]
Kami menuruni bukit Siti Inggil dan berjalan ke arah parkiran yang juga tempat kantor pengelola kawasan ini berada. Kami berencana menyewa sebuah home stay untuk menginap. Setelah bernegoisasi, sebuah homestay kayu dengan tariff 150 ribu semalam menjadi tempat tinggal kami malam itu. Setelah menikmati makan malam, kami memutuskan untuk beristirahat karena keesokan hari kami akan menuju ke sebuah tempat yang konon merupakan tempat terangker di Tanah Jawa, Alas Purwo!
[caption id="attachment_323571" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Pantai Papuma "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H