[caption id="attachment_323269" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Pantai Klayar di Pacitan"][/caption]
Seperti apa merdunya suara Seruling Samudera di Bumi Kelahiran Presiden SBY? Ikuti kisahnya...
Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi saat aku meninggalkan losmen tempatku menginap di Sindang Barang di hari ke 3 perjalalanku di tengah guyuran hujan deras. Aku sengaja berangkat lebih awal karena aku harus mengejar ketertinggalan target itinerary dimana seharusnya tadi malam aku menginap di Cilacap namun tak bisa karena kondisi jalan yang rusak dan aku sudah sangat kelelahan. Selain itu, aku juga sudah reservasi hotel di Jogja menggunakan voucher hotel yang di berikan temanku yang tidak bisa lagi aku cancel. Hari masih gelap serta kondisi jalan yang rusak dan berlubang ditambah hujan deras membuat aku harus berhati-hati mengemudi.
Setelah melewati Desa Cidamar yang terletak sekitar 140 km selatan Cianjur, aku tiba di Pantai Jayanti. AKu membelokkan mobilmendekati bibir pantai dimana terdapat tempat pelelalngan ikan. Di sana ada warung dan aku akan mampir untuk sarapan karena sejak pagi belum sarapan. Sepiring mie goreng instant dan secangkir teh hangat menjadi menu sarapan pagi itu ditemani suara deburan ombak pantai Jayanti yang menggelegar. Beberapa orang nelayan tampak sibuk memperbaiki perahunya.
Selanjutnya aku bergerak kembali menuju Jogjakarta dengan melintasi Pantai Cipatujah, Pangandaran, Pamengpeuk hingga tiba di Cilacap. Setelah melepas lelah sejenak di Cilacap dengan memotret kehidupan para petani di pinggir sawah, perjalanan kembali dilanjutkan ke Jogja dengan melewati route Adipala, Karangbolong dan akan masuk ke Jogja via Wates. Hujan deras menyambut kehadiranku di kota Gudeg dan segera menuju ke Hotel yang sudah aku reservasi beberapa hari sebelumnya.Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam yang artinya aku sudah menyetir selama 17 jam.Setelah menikmati makan malam di malioboro, aku kembali ke Hotel untuk beristirahat dengan kelelahan yang teramat sangat.
Perjalanan di hari ke 4 tak akan memakan waktu lama karena tujuanku hari itu hanyalah akan menginap di Pantai Klayar di kampung pak SBY, Pacitan. Dari Jogjakarta akan menempuh waktu hanya 3 – 4 jam. Jadilah waktu di Jogja aku manfaatkan untuk sedikit beristirahat. Mobil aku bawa ke bengkel hanya untuk pengecekan sambil aku mencari tukang urut. Rasa lelah setelah menyetir lebih dari 12 jam sehari selama 3 hari beturut-turut lumayan menguras tenaga. Sebelum ke Pacitan, aku akan mampir terlebih dahulu ke Pantai Indrayanti dan Pantai Sundak untuk mengambil foto. Aku sudah pernah ke sana namun saat itu selalu dalam kondisi ramai.Jadi aku ingin mengambil gambar saat kondisi sepi.
[caption id="attachment_323270" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Pantai Indrayanti di Jogjakarta"]
Jam menunjukkan pukul 11 saat aku mulai bergerak meninggalkan hotel tempatku menginap. Aku tiba di Pantai Indrayanti dalam waktu 1 jam karena kondisi jalanan yang sepi, maklum hari kerja. Aku beranjak turun dan mengambil foto di hamparan pasir putih yang memanjang sepanjang bibir pantai, dihiasi batu-batu besar yang menjadikan suasana senin pagi itu menjadi semakin indah. Selanjutnya aku pindah ke pantai Sundak yang juga menawarkan keindahan yang luar biasa.
[caption id="attachment_323272" align="aligncenter" width="960" caption="(Doc.Pribadi) Selamat Datang di Kampung SBY"]
Setelah puas mengambil gambar, aku kembali menyusuri jalan-jalan nan sepi di Wonosari untuk menuju ke Pacitan. Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Selepas Wonosari lalu Semanu, Pracimantoro hingga akhirnya tiba di Griwoyo yang merupakan perbatasan antara Jogjakarta dan Jawa Timur. Sebuah pintu Gerbang bertuliskan “Selamat Datang di Bumi Kelahiran SBY” menandakan bahwa aku sudah memasuki kawasan Pacitan. Mobil aku belokkan kea rah kanan saat aku melihat sebuah papan petunjuk bertuliskan ‘Pantai Klayar’ dan mulailah aku menyusuri jalan sempit yang berbatu hingga kemudian aku bertemu dengan pertigaan dengan kondisi jalan mulus hingga tiba di bibir pantai. Hari sudah mulai sore. Ada beberapa pemuda yang sedang bermain bola di atas pasir pantai yang berwarna putih kehitaman. Dari kejauhan tampak batu yang menjadi Icon Pantai Klayar. Aku bertemu dengan Yohan dan Koko, pemuda local yang saat itu menjadi petugas yang memungut retribusi tiket masuk ke area pantai. Hari semakin malam dan Pantai Klayar telah berselimut semburat langit jingga. Aku belum tahu akan menginap dimana karena tak ada penginapan di sekitar pantai yang buka. Akhirnya Yohan menawarkan aku untuk menginap di rumahnya. Tentu saja aku dengan senang hati menerimanya. Kami lalu beriringan ke rumah Yohan yang letaknya tidak terlalu jauh dari pantai. AKu berkenalan dengan orang tuanya dan di izinkan untuk menginap semalam. Kami lalu bercerita tentang banyak hal hingga tak terasa waktunya beristirahat. Kami harus segera beristirahat karena rencananya akan bangun jam 4.30 pagi untuk menlihat sunrise dan menyaksikan seruling samudera. Apa itu?
[caption id="attachment_323273" align="aligncenter" width="960" caption="(Doc.Pribadi) Seruling Samudera di Pantai Klayar"]
Alarm jam 4 pagi membangunkanku dan kami segera bersiap-siap untuk meyaksikan sunrise. Sayang sekali , pagi itu langit dengan awan tebal berwarna hitam sepertinya tak memberikan kesempatan buatku untuk menyapa sinar matahari pagi dengan sempurna. Aku ditemani Yohan dan Koko menuju ke batu untuk menyaksikan sebuah fenomena alam bernama seruling samudera yang ada di celah-celah batu karang. Ternyata fenomena seruling samudera itu benar adanya. Sebuah lubang kecil yang berada di sebuah batu akan menyemburkan air ke atas saat di hantam ombak dan saat menyemburkan air itulah maka akan keluar bunyi desis yang mirip bunyi seruling. Kekecewaan tak menyaksikan sunrise terobati dengan suara seruling samudera dan heyyyy…. Ada seberkas pelangi yang indah saat matahari bersinar dan air menyembur ke atas. Sungguh sebuah pemandangan yang mengagumkan.
[caption id="attachment_323275" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Pelangi di Seruling Samudera"]
Setelah puas bermain dan berfoto di atas batu karang, kami kembali ke rumah di mana ibu Yohan sudah menyiapkan sarapan. Aku lalu menyantap sarapan dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan dengan tujuan Blitar dimana aku akan mampir dan berkunjung ke Goa Gong yang letaknya di desa Bomo kecamatan Punung berjarak 5 km dari pantai Klayar. Goa Gong dengan stalagtit dan stalagmit yang menjulang tinggi dengan ditimpa warna-warni lampu yang indah menjadikan goa ini sebuah tempat wisata yang menyenangkan bagi para pengunjung. Sebuah bunyi mirip gong akan terdengar saat kita memukulkan tangan ke stalagtit yang ada di dalam goa menjadikan goa itu bernama goa gong.
[caption id="attachment_323276" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Goa Gong di Pacitan"]
Karena hari sudah semakin siang, aku kembali bergerak dengan tujuan menginap di kota yang menjadi tempat peristirahatan terakhir sang proklamator Bapak bangsa Presiden RI yang pertama di kota Blitar.Ikuti kisah selanjutnya dimana ada pengalaman menarik karena aku sempat 'memarahi' seorang bapak di sisi makam Bung Karno.. Ada apa? Nantikan kisah selanjutnya yaa...
[caption id="attachment_323277" align="aligncenter" width="855" caption="Route map"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H