[caption id="attachment_325659" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Halal Food di Yangon, Myanmar"][/caption]
Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di Yangon setelah tiba kemarin sore. Lokasi kerjaku ada di 2 tempat yakni warehouse di Mingaladorn dan kantor yang terletak di Hlaing Township di Thamine College Street. Seperti biasa berada di tempat baru, pastinya akan penasaran dengan kondisi dan lokasi dimana kita berada khususnya dalam mencari makan. Apalagi seperti dibahas di artikel kemarin, kekuatiran terbesarku untuk tinggal di Negara ini karena issunya sangat sulit mendapatkan makanan halal.
[caption id="attachment_325660" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi)No Motor di dalam kota Yangon"]
Namun pengalaman hari ini berkata lain. Setelah melakukan orientasi di 2 lokasi kerja, aku sama sekali sangat tidak kesulitan mendapatkannya. Setelah mengunjungi kantor, aku mengajak Joshua, driver kantor untuk mencari makan siang. Segera kami menyusuri jalan-jalan kota Yangon yang sangat unik. Ada 2 hal yang menjadikan jalanan di kota Yangon ini unik, pertama karena walaupun supir atau setir mobil berada di sebelah kanan, namun kendaraan harus berjalan di sebelah kanan. Berbeda dengan Indonesia atau sebagiabn besar Negara di Asia dimana kendaraan berjalan di sebelah kiri.
[caption id="attachment_325663" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Becak di kota Yangon"]
Kedua, sejak kemarin aku tidak menemukan adanya motor di dalam kota karena memang kendaraan roda dua itu dinyatakan terlarang untuk digunakan di dalam kota.Menurut Joshua, jika ada yang berani melanggar maka akan diganjar hukuman kurungan atau penjara selama 6 bulan. Begitulah aturan yang diterapkan oleh pemerintah Myanmar saat ini.
[caption id="attachment_325665" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi)Restoran Chinese Food di Yangon "]
Hanya berselang beberapa menit, kami sudah tiba di salah satu restoran Chinese food yang menurut Joshua menjual makanan halal. Dari luar terlihat bahwa restoran itu memang adalah restoran China dalam tulisan Burma yang aku tak mengerti. Yang jelas ada tulisan Mom’s choice yang terletak di Industry Road, tak jauh dari Danau Inya.
[caption id="attachment_325675" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi)Nasi Goreng Sea Food ala Yangon"]
Seorang waiter lelaki bersarung menghampiri dan menyodorkan daftar menu yang menggunakan 3 bahasa. Yakni Inggris, China dan Myanmar. Aku memesan nasi goreng sea food.  Karena waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore waktu Yangon (atau jam 3.30 waktu Jakarta) dan aku belum makan siang yang pastinya sudah sangat lapar. Tak pake lama, pesanan nasi goreng sea food pesananku pun diantar. Hampir sama dengan nasi goreng sea food yang di jual di Jakarta tapi lagi-lagi ada yang unik di sini. Nasi goreng itu berisi kacang mede (mente) yang gurih. Juga, nasi goreng itu dimakan dengan kuah sop ayam dan sepiring kecil buah sayuran yang rasanya mirip acar. Harganya juga tidak terlalu mahal sekitar 2500 Kyat atau 30 ribu (USD 1 = 980 Kyat).
[caption id="attachment_325673" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Kyat, Mata Uang Myanmar"]