[caption id="attachment_346942" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Kyaiktiyo, Golden Rock Pagoda"][/caption]
Weekend kemarin aku lewatkan di salah satu tempat wisata yang cukup popular di Myanmar yakni di Kyaikhtiyo atau The Golden Rock. Ada beberapa ungkapan mengatakan anda belum dianggap ke Myanmar jika belum ke Kyaiktiyo. Sebenarnya Golden Rock atau Kyaiktiyo adalah sebuah pagoda yang terletak di puncak gunung berketinggian 1100 mdpl dan masuk ke dalam area Mon State.
Meskipun tergolong pagoda kecil yang hanya berketinggian 7.3 meter, namun Pagoda ini termasuk ke dalam 3 Besar Pagoda penting di Myanmar setelah Shwedagon dan Mahamuni Pagoda di Yangon. Pagoda atau batu yang berwarna emas ini (makanya dinamakan Golden Rock) tak jatuh meskipun terletak di bibir atau ujung sebuah batu yang menyerupai tebing karena adanya keseimbangan gravitasi serta juga karena semua hal yang berhubungan dengan legenda serta  kepercayaan yang dianut masyarakat di sini.
[caption id="attachment_346943" align="aligncenter" width="640" caption="Photo bt RH - Gerbang di Kinpun"]
Setelah menempuh jarak 210 km selama 3 jam, kami tiba di Kinpun, sebuah tempat yang mirip stasiun bus tapi sebenarnya itu adalah tempat penitipan kendaraan dan banyak terdapat restaurant dan pedagang cindera mata. Dari sana kami berjalan kaki sekitar 100 meter ke arah terminal truk. Yah…untuk mencapai Pagoda Kyaikhtiyo, kami harus menggunakan mobil truk yang sudah di modifikasi dan terdapat tempat duduk yang berbaris di atasnya. Tersedia tangga untuk naik ke atas truk yang sudah dipenuhi puluhan orang. Kami tak perlu menunggu lama karena truk berkapasitas hingga 50 orang itu langsung penuh.  Untuk menumpang truk itu, penumpang harus membayar 3000 kyats (Setara 36 ribu rupiah) jika duduk di depan dekat supir, dan cukup membayar 2500 kyats (30 ribu rupiah) jika duduk di bangku yang ada di bak truk. Tak lama truk berangkat meninggalkan stasiun.
[caption id="attachment_346945" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Truk ke Kyaikhtiyo"]
[caption id="attachment_346946" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Truk ke Kyaikhtiyo"]
Perjalanan ke puncak Kyaikhtiyo yang berjarak 11 km itu akan ditempuh dalam waktu 30 – 45 menit. Sebenarnya jaraknya dekat saja, namun truk harus berhenti beberapa kali dengan berbagai macam keperluan. Mulai dari harus melewati check point dimana penumpang dihitung satu demi satu, berhenti untuk mengumpulkan uang pembayaran dari penumpang, terkadang juga berhenti hanya untuk mengumpulkan donasi dari penumpang untuk keperluan pengembangan tempat ibadah. Di beberapa titik, truk juga harus berhenti untuk memberikan kesempatan kepada truk dari arah atas untuk lewat duluan. Para supir saling berkomunikasi melalui handy talkie dengan pengawas jalan. Hal itu dilakukan untuk menghindari kecelakaan di jalur sisi bukit yang memang cukup rawan.
[caption id="attachment_346947" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Pembayaran uang truk di tengah jalan"]
[caption id="attachment_346948" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Truk ke Kyaiktiyo"]
Setelah diombang ambing oleh truk hampir sejam lamanya, akhirnya tibalah kami di batas terakhir truk boleh beroperasi. Sesaat setelah trun dari truk, kami langsung disambut oleh porter yang membawa keranjang serta..tandu!. Yah..ada beberapa orang yang menawarkan jika ada pengunjung yang berminat untuk di tandu menuju golden rock yang masih berjarak 1.2 km lagi dari arah terminal truk tadi.
[caption id="attachment_346949" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Porter di Kyaiktiyo"]
[caption id="attachment_346950" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Pelataran Kyaiktiyo"]
Entrance fee sebesar 6000 kyats (72 ribu rupiah) di wajibkan untuk dibayar oleh para turis asing, namun tidak untuk masyarakat local. Setelah mendapatkan sticker, kami segera bergegas menuju pintu gerbang utama di mana terdapat 2 patung singa. Di tempat itu pula semua pengunjung tanpa terkecuali harus melepaskan sepatu, sandal maupun kaos kaki. Segera kami menuju ke dekat Golden rock yang sudah dipadati oleh ratusan pengunjung baik local maupun turis mancanegara. Ternyata beberapa pengunjung local yang merupakan peziarah banyak yang menginap di sana untuk beribadah maupun untuk rekreasi. Di sekitar Kyaikhtiyo memang terdapat beberapa tempat wisata salah satu diantaranya adalah air terjun. Namun karena keterbatasan waktu, aku belum berkesempatan mengunjungi tempat-tempat lain itu. Mungkin suatu saat.
[caption id="attachment_346951" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Sunset di Kyaiktiyo"]
Pemadangan di area Golden Rock saat itu sangat Indah. Sunset yang nyaris sempurna berbalut gradasi warna senja dari kejauhan, sesekali terdengar lonceng pagoda-pagoda yang ada di sekitar tempat itu menjadikan suasana sore itu terasa syahdu. Meskipun ramainya pengunjung yang mungkibn berjumlah ribuan orang menjadikan kesenduan senja jadi terasa berkurang namun hal itu tak menghalangi para pengunjung untuk menikmati sore di Kyaikhtiyo.
[caption id="attachment_346952" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Batu di Ujung Tebing di Kyaiktiyo"]
Keunikan Golden Rock yang juga menjadi salah satu ikon negeri Golden Land ini sudah terkenal kemana-mana termasuk Buku Lonely Planet merekomendasikannya di posisi ke 7 tempat yang harus dikunjungi jika ke Myanmar. Batu yang berada di ujung tebing di Kyaikhtiyo ini memang ibarat magnet yang menarik perhatian banyak orang untuk datang berkunjung. Meskipun suasana senja kala itu sangat indah, namun kami harus segera bergegas untuk kembali ke terminal truk karena truk terakhir akan bergerak kembali ke Kinpun paling lambat jam 6 sore. Benar saja, saat kami tiba di terminal 5 menit sebelum jam 6, kami harus rela untuk berdiri sepanjang perjalanan karena tak ada lagi bangku yang tersisa. Selamat Tinggal Kyaihktiyo…
[caption id="attachment_346953" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Golden Rock (Kyaiktiyo) Pagoda"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H