Sabtu (28/4/2018), Salah satu pemerhati Karst di Indonesia meninggal dunia. Ia adalah Dr. Ir. Budi Brahmantyo, M.Sc. ia meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan di Tol Padaleunyi kilometer 145 jalur A dari Bandung mengarah ke Cileunyi. Namun, apakah kalian sudah mengetahui rekam jejak beliau?.
Direktur Humas dan Alumni ITB Samitha Dewi Djajanti mengatakan bahwa Budi mengalami kecelakaan di Km 145 Tol Cileunyi saat sedang dalam perjalanan menuju Gunung Papandayan Garut bersama rekan-rekan alumni 82 ITB.
Lahir di Bandung, 19 Desember 1962, memperoleh gelar M.Sc (master of science) di Yokohama National University tahun 1998, dan Doktor di ITB tahun 2006. Beliau juga pernah mendukung masyarakat di sekitar kawasan karst seperti yang terjadi di Kendeng. Alasan mengapa membela kawasan karst, karena selain menjadi kawasan batu gamping, juga terdapat mata air bagi lingkungan sekitar.
Sejatinya kawasan karst telah dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional menyebutkan, kawasan karst merupakan salah satu Kawasan Lindung Geologi, yaitu kawasan cagar alam geologi (Pasal 52 (5), huruf a). Oleh karena itu, kawasan karst harus dilindungi (Pasal 53 (1), huruf b dan c).
Menurut Budi, karst memiliki fungsi ekonomi tinggi, terutama untuk bahan baku semen. "Batu gamping penyusun bentang alam karst merupakan penghasil kalsium karbonat. Hampir 70-80 persen bahan baku semen adalah batu gamping.Â
Selain itu, batu gamping juga untuk bahan cat tembok, pemurnian baja. Pemurnian industri gula pasir juga menggunakan tepung karbonat," kata dia. Selama kebutuhan semen tinggi untuk pembangunan, kata Budi, desakan menambang kawasan karst pasti kuat.Â
"Harusnya dibuat zonasi. Artinya, harus dipilih kawasan karst yang boleh ditambang yang potensi dampak lingkungan dan sosialnya kecil.Â
Selain itu, beliau aktif dalam menulis buku yakni Geologi Cekungan Bandung (ITB,2005), Wisata Bumi Cekungan Bandung (Trudee, 2009), Geowisata Bali Nusa Tenggara (Badan Geologi, 2014) dan Sketsa Geologi (ITB, 2016).
"Kami sivitas akademika dan segenap keluarga besar ITB turut berduka dan sangat kehilangan beliau sebagai salah seorang pakar Geologi terbaik di ITB. Saat ini kecelakaan sudah dalam penanganan petugas kepolisian."Ujar Samitha.
Semua jasa dan pengabdian seseorang akan terus terkenang dengan tulisan dan pengalaman seorang geologis Budi Brahmantyo. Sebagai penulis amatir, Indonesia membutuhkan sosok-sosok seperti beliau dalam membela Karst di Indonesia, menyebarkan informasi kondisi terkait geologi di Indonesia dan menularkan semangat untuk terus memelihara dan melindungi karst dan ekosistem yang ada di negeri bumi pertiwi ini.(RF/Berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H