Pengalaman yang pernah saya alami terkait konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif, mungkin dalam menerapkan posisi kontrol saya sering menggunakan posisi kontrol pemberi orang merasa bersalah. Seringkali saya menjelaskan nilai-nilai kebajikan lalu merefleksikannya kepada peserta didik yang melakukan kesalahan. Sebelumnya saya berpikir dengan menunjukkan kesalahannya, peserta didik bisa lebih memikirkan tindakannya di masa yang akan datang. Sekarang saya lebih paham bahwa posisi kontrol tersebut hanya menyadarkan sesaat saja, peserta didik tidak diajak berpikir sebab akibat dari tindakan yang dijalankan. Motivasi yang timbul dari dalam juga tidak bisa muncul karena mungkin hanya takut pada perkataan saya saja.
Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut adalah khawatir, sambil mengingat-ingat hal apa saja yang selama ini sudah saya terapkan pada peserta didik. Saya merasa bersalah bahwa saya seringkali menerapkan posisi kontrol sebagai pembuat orang merasa bersalah. Sekarang saya lebih menjaga diri saya dalam menerapkan posisi kontrol, paling tidak kalau belum bisa menerapkan posisi kontrol manajer, bisa dulu menerapkan posisi kontrol sebagi teman dan pemantau. Saya yakin semua orang berproses, termasuk saya yang nantinya bisa lebih baik lagi dan berpihak pada murid.
Konsep-konsep yang sudah baik saya terapkan adalah mengenai keyakinan kelas. Saya sudah menerapkan pembentukan keyakinan kelas dari setiap tahun ajaran baru. Pembuatan keyakinan kelas juga mengajak peserta didik untuk ikut bercurah pendapat. Hal yang perlu diperbaiki mungkin keyakinan kelas selalu dibacakan setiap awal pembelajaran, agar nilai-nilai tersebut bisa lebih tertanam dalam benak peserta didik. Selain itu dalam menerapkan posisi kontrol, saya masih sering menerapkan sebagai pembuat orang merasa bersalah. Perbaikan yang mungkin bisa dilakukan untuk saya yakni menjaga lisan agar tidak spontan mengeluarkan perkataan justifikasi yang mengarah pada pemberian label orang bersalah. Saya harus pandai-pandai memilih dan memilah kata-kata agar peserta didik paham akan nilai-nilai keyakinan kelas yang diyakini bersama.
Sebelumnya saya sering menggunakan posisi kontrol pembuat orang merasa bersalah, saat itu saya berpikir dengan memberikan fakta bahwa anak tersebut salah maka anak tersebut bisa menyadari kesalahannya dan akan berbuat lebih baik lagi. Setelah mempelajari modul ini saya menggunakan posisi kontrol teman dan pemantau, sekarang saya merasa lebih memahami karakter peserta didik. Kita harus lebih bisa mempelajari karakteristik peserta didik dan lebih menganalisis latar belakang anak agar kita menjadi tahu alasan seorang anak melakukan suatu hal.
Sebelumnya saya pernah menerapkan segitiga restitusi namun tidak semua tahap saya terapkan. Tahap yang saya terapkan hanya sebatas pada memvalidasi tindakan yang salah. Biasanya saya memanggil anak yang melakukan pelanggaran lalu saya beri pengertian bahwa tindakan yang dia lakukan adalah salah, setelah itu saya mengingatkan agar tidak mengulanginya lagi. Jika dia melakukan kesalahan lagi seperti itu lagi maka, saya akan menghukumnya.
Hal lain yang penting dipelajari dalam menciptakan budaya positif menurut saya adalah adanya kolaborasi dengan semua pihak di sekolah, masyarakat, dan keluarga. Paling krusial adalah di keluarga, karena percuma jika di sekolah kita sudah ciptakan pembiasaan-pembiasaan yang mengarah pada budaya positif, tetapi di lingkunab keluarga nilai-nilai kebajikan tersebut tidak diterapkan. Oleh sebab itu komunikasi juga perlu dijalin antara sekolah, masyarakat, dan orang tua agar bisa selaras dan mendukung adanya budaya positif.