Mohon tunggu...
Rahmat Fajar Prakoso
Rahmat Fajar Prakoso Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang guru sekolah dasar.

Saya memiliki hobi olahraga dan makan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi - Budaya Positif

3 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   20:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.

Modul 1.4 ini merupakan lanjutan dari modul-modul sebelumnya. Adanya Alur Belajar MERDEKA dalam pembelajaran LMS ini membuat saya lebih paham akan adanya keterkaitan dari setiap modul yang dipelajari. Secara sederhana, keterkaitan antar materi tersebut dapat digambarkan melalui bagan di atas.

Budaya positif merupakan keadaan suatu lingkungan yang mencerminkan keseimbangan dalam bertindak dan dalam mengamalkan nilai-nilai kebajikan. Terciptanya budaya positif di suatu lingkungan tidak bisa terbentuk dalam waktu yang singkat, perlu adanya pembiasaan yang dilaksanakan secara teratur dan kontinyu. Terdapat beberapa konsep keteraturan yang bisa diterapkan untuk mernciptakan budaya positif. Konsep tersebut antara lain :

  • Disiplin Positif
    Dalam menciptakan budaya positif pada suatu lingkungan dibutuhkan penerapan disiplin positif. Berdasarkan bahasa latin, disciplina artinya belajar. Disiplin merupakan usaha belajar untuk menciptakan suatu kondisi yang diharapkan. Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, apa yang dia hargai. Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau pencapaian suatu tujuan mulia. Disiplin positif yang sebenarnya adalah memunculkan kesadaran siswa dalam menaati nilai-nilai kebajikan secara universal. Pendekatan yang lebih dominan dalam disiplin positif yaitu pendekatan secara sosio-emosional dengan mengesampingkan kekerasan baik tindakan maupun ucapan.
  • Motivasi Perilaku Manusia
    Menurut Diane Gossen terdapat tiga motivasi perilaku manusia yang menjadi alasan seseorang melakukan sebuah tindakan, yaitu: untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, mendapatkan imbalan atau penghargaan, dan menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi yang pertama dan kedua memunculkan motivasi eksternal, artinya motivasi yang muncul bukan karena kesadaran pribadi tetapi atas pengaruh dari orang lain. Motivasi yang ketiga yaitu motivasi untuk menjadi orang yang diinginkan sesuai nilai yang dipercayai, merupakan tujuan dari diterapkannya disiplin positif. Artinya seseorang memiliki kesadaran secara pribadi (motivasi intrinsik) untuk menjadi pribadi yang baik sesuai dengan nilai-nilai yang percayai.
  • Posisi Kontrol
    Dalam menumbuhkan kesadaran pribadi (motivasi intrinsik), guru perlu menerapkan posisi kontrol kepada peserta didik. Terdapat lima posisi kontrol yaitu, penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Dalam memunculkan motivasi intrinsik dari peserta didik, seorang guru harus menerapkan posisi kontrol manajer. Posisi manajer merupakan posisi paling ideal seorang guru dalam memupuk budaya positif di kelas/sekolah. Seorang manajer biasanya hanya mengarahkan bawahannya supaya bisa sesuai dengan tujuan kelompok. Sama halnya di dalam kelas/sekolah, posisi manajer lebih pada mengarahkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan di dalam dirinya. Peserta didik memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang sudah terlihat, seorang guru hanya menjadi fasilitator dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik.
  • Keyakinan Sekolah/Kelas
    Keyakinan sekolah/kelas merupakan sesuatu yang bisa diterapkan pada sekolahy/kelas tersebut. Keyakinan sekolah/kelas berdasar pada nilai-nilai kebajikan yang menjadi kesepakatan secara umum. Keyakinan tersebut menjadi pedoman peserta didik dalam bersikap dan bertindak. Adanya keyakinan tersebut karena muncul sendiri di dalam diri peserta didik. Di samping itu, keyakinan perlu tumbuhkan melalui pembiasaan dan pengertian yang diberikan oleh guru. Proses pembetukan keyakinan sekolah/kelas dilaksanakan melalui curah pendapat peserta didik dengan dipandu oleh guru. Melalui curah pendapat, peserta didik bisa menuangkan keyakinan dalam satu kalimat positif yang nantinya bisa disepakati bersama. Saat curah pendapat, terkadang peserta didik masih belum mampu menuangkan keyakinan kelas dengan benar, di sini tugas seorang guru meluruskan maksud yang dituju peserta didik agar terbentuk kalimat yang sesuai. 
  • Segitiga Restitusi
    Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Berdasarkan pendapat tersebut, sikap guru yang menerapkan segitiga restitusi bukan sebagai pembuat orang merasa bersalah, bahkan bukan sebagai penghukum, namun guru di sini berposisi mengajak diskusi peserta didik yang memiliki permasalahan untuk memahami tindakan yang sudah diperbuat dan pada akhirnya peserta didik tersebut diajak berpikir bagaimana mencari solusi atas permasalahan tersebut agar tidak terjadi permasalahan yang lebih besar serta menjadi pribadi yang lebih baik sesuai keyakinan yang telah dibuat. Langkah pada segitiga restitusi ada tiga, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang slah, dan menanyakan keyakinan. Pemahaman yang perlu dibangun saat seorang melakukan segitiga restitusi adalah perlunya pemahaman dan kesadaran peserta didik akan nilai-nilai kebajikan yang harus dipenuhi di sekolah/kelas. Dengan adanya pemahaman tersebut, jika ada peserta didik yang berbuat kesalahan, seorang guru bisa memberikan mengajak diskusi kembali lagi pada nilai-nilai kebajikan tersebut.

    Terdapat keterkaitan antara Budaya Positif dengan materi sebelumnya yakni Filosofi Pemikiran KHD, Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan Visi Guru Penggerak. Keterkaitan tersebut bisa diuraikan sebagai berikut,  sesuai dengan pemikiran KHD mengenai tujuan  pendidikan yakni menuntun semua kodrat yang ada pada anak, sehingga mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Berpijak dari tujuan tersebut, masih menurut KHD, pendidikan memerlukan sikap disiplin demi memudahkan peserta didik menuju tujuan pendidikan. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin positif yang nantinya membentuk budaya positif di sekolah/kelas. Nilai dan peran guru penggerak digunakan sebagai pedoman untuk bertindak sesuai dengan visi yang sudah ditentukan dalam sekolah. Dengan demikian, kesemua instrumen tersebut berjalan searah dan sejalan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diwujudkan dalam Profil Pelajar Pancasila. Profil pelajar pancasila merupakan gambaran ideal peserta didik bangsa Indonesia yang di dalamnya terdapat karakter luhur bangsa Indonesia, yakni Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan Global, Bergotong-royong, dan Kreatif. Tentunya dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila guru tidak melakukannya sendiri, perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak.

Refleksi Pemahaman atas Keseluruhan Materi Budaya Positif

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

    Disiplin biasa dimaknai dengan kepatuhan terhadap sesuatu yang sifatnya memaksa, dalam modul ini displin positif dijelaskan lebih pada kesadaran akan nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama. Penanaman disiplin positif ini perlu dilakukan terhadap peserta didik agar memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan. Dalam menanamkan budaya positif perlu adanya posisi kontrol yang bisa mengarahkan peserta didik kepada hal yang baik. Terdapat 5 posisi kontrol yang menjadi opsi seorang guru dalam melakukan komunikasi dengan peserta didik yakni, penghukum, pemberi orang merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Menurut saya kelima posisi kontrol tersebut bisa memiliki dampak positif dsan negatifnya terhadap peserta didik, namun yang paling ideal adalah posisi kontrol manajer. Meskipun dalam posisi manajer hasil tidak bisa langsung terlihat namun jika seorang guru mampu menerapkan posisi kontrol secara konsisten, bisa menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri peserta didik. Peserta didik yang melakukan pelanggaran biasanya belum terpenuhi lima kebutuhan dasarnya, kebutuhan dasar tersebut antara lain,  kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Sebagai guru kita tidak bisa mengontrol peserta didik, bisa saja peserta didik melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan di sekolah/kelas. Keyakinan kelas/sekolah perlu dibuat sebagai referensi nilai-nilai yang harus dijaga agar lingkungan belajar tetap kondusif. Pembentukan keyakinan kelas harus melalui curah pendapat peserta didik, agar peserta didik merasa memiliki nilai-nilai tersebut dan tentunya terdapat kesepakatan agar nilai-nilai keyakinan  tersebut bisa dijalankan. Jika masih ada peserta didik yang masih melakukan pelanggaran, sesuai posisi kontrol manajer, seorang guru menerapkan segitiga restitusi. Langkah dalam segitiga restitusi bermakna untuk mengajak peserta didik berdiskusi atas kesalahannya, dan pada akhirnya mengajak peserta didik mengatasi permasalahan tersebut secara sadar berdasarkan keyakinan yang telah dibuat.

    Hal yang menarik untuk saya dan di luar dugaan tentang materi ini adalah 5 posisi kontrol seperti sebuah proses seorang guru menjadi guru yang ideal bagi anak didiknya. Tentunya paling baik adalah posisi kontrol manajer, tetapi saya lebih memaknai seperti kehidupan yang merupakan sebuah proses. Kita harus tahu dulu posisi kontrol kita sekarang dimana, dan dengan adanya pembelajaran tentu kita harus lebih baik menuju posisi kontrol manajer. Hal yang harus digarisbawahi adalah setiap proses menuju guru yang ideal tidak bisa kita sama ratakan antara guru satu dengan yang lain, butuh saling kolaborasi itu penting tetapi yang paling penting adalah saling mengerti akan kebutuhan untuk maju bersama demi mewujudkan tujuan pendidikan sesuai pemikiran KHD.

  • Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

    Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya adalah dahulu saya berpandangan bahwa semua penghargaan bisa berdampak positif terhadap peserta didik. Setelah melalui pembelajaran pada modul ini, saya berpandangan penghargaan bisa saja berdampak negatif bagi peserta didik. Dampak negatif yang dimaksud antara lain bisa membuat peserat didik berpandangan bahwa ada istilah anak emas bagi peserta didik yang berprestasi, pemberian penghargaan juga mengecilkan motivasi bagi peserta didik lain. Menyadari hal tersebut, ada hal yang lebih penting agar budaya positif bisa tumbuh di kelas/sekolah yakni dengan menumbuhkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dipercayai lebih kekal pada diri peserta didik karena kalau sudah memiliki motivasi intrinsik, peserta didik sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

  • Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun