Interpretasi Makna Al-Wasath QS Al-Baqarah Ayat 143 Â (Teori Ma'na Cum Maghza)
Rahmat Drajat
      Peran Al-Qur'an terhadap kehidupan umat manusia sangatlah utama. Segala hal aspek berkehidupan didalam dunia ini diatur oleh Al-Qur'an, dari hubungan sang khaliq dengan  makhluq dan hubungan makhluq dengan makhluq, baik seiman dengan yang tidak seiman. Konsep wasathiyah merupakan hal menjadi perbincangan hangat juga tidak luput dari pembahasannya dalam Al-Qur'an. Didalam surah Al-Baqarah ayat 143 dengan jelas menyebut kata al-Wasath, yang merupakan dasar dari pembahasan wasathiyah. Tulisan ini bermaksud untuk menginterpretasi makna al-Wasath pada surah Al-Baqarah ayat 143 dengan menggunakan teori Ma'na Cum Maghza guna mendapati pemahaman yang komprehensif.
      Teori Ma'na Cum Maghza adalah teori yang dikembangkan oleh Prof. Sahiron Syamsuddin yang diadopsi dari hermenutika Abu Zayd Nashr Hamid, yang menggunakan pendekatan linguistik-historis. Secara garis besar, teori ini memiliki 3 langkah penafsiran utama yaitu, mencari al-Ma'na al-Tarikhy (Makna Historis), al-Maghza al-Tarikhy (signifikansi fenomenal historis), dan al-Maghza al-Mutaharrik al-Mu'assir (Signifikansi fenomenal kekinian).
      Banyak pandangan terkait dengan makna al-wasath, sebagaimana Wahbah Az-Zuhayli berpendapat bahwa al-wasath merupakan posisi tengah atau sebagai poin penting, al-Raghib mengartikan sebagai tengah diantara dua ujung yang posisinya sama, al-Alusi mengartikan sebagai yang dipilih dan sama berat, para mufassir dari kalangan kemenag RI mengartikan sebagai golongan tengah, yang bermakna kelompok yang berlaku seimbang terkait urusan dunia dan akhirat, Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bersumber dari Al-Qur'an, bahwa al-wasath mempunyai arti sepadan dengan kata tawazun (seimbang), Abdullah Yusuf Ali memaknainya dengan justly balance, hal ini dilandaskan pada hakikat agama Islam yatu menghapus berbagai perilaku ekstrim terutama dalam hal-hal yang radikal dan liberal, masih banyak lagi pandangan-pandangan para ahli yang keseluruhannya mengartikan bahwa al-wasath adalah berkeseimbangan.
Aplikasi Ma'na Cum Maghza Terhadap "Al-Wasath" dalam QS Al-Baqarah 143
Arti :
"Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."
- Al-Ma'na al-Tarikhy (Makna Historis)
Dalam mencari makna dalam surah al-Baqarah 143, dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu
- Analisis Linguistik
Lafadz al-Wasath didefinisikan dengan dua pemaknaan yaitu wasath dalam bahasa adalah sesuatu yang ada di tengah, sesuatu yang dibelah menjadi dua yang ujungnya seukuran. Berdasarkan makna terminologi bahasa, kata wasath diartikan dengan nilai nilai islam yang dibangun dengan dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan, yaitu tidak berlebihan dalam hal tertentu.
- Analisis Intratekstual
Al-wasath disebut sebanyak lima kali yaitu dala QS. Al-Baqarah : 143, QS Al-Baqarah : 238, QS. Al-Maidah : 89, QS. Al-Qalam : 28, dan Qs. Al-Adiyat : 5. Keseluruhan pengulangan kata wasath itu merujuk makna pertengahan. Dan dilihat dari konteks ayat menujuki membicarakan masyarakat yaitu pada surah Al-Baqarah 143.
- Analisis Intertekstual