Kita akan selalu bisa jadi apa-apa dan pasti akan jadi apa-apa, jadi seseorang. Sebab, jadi seseorang pada dasarnya bisa berarti apa saja. Tergantung dari mana kita mau melihatnya.
Seorang pekerja kantoran, yang terlihat membosankan, yang menghabiskan hampir separuh hidupnya di sana, berhasil sediakan makan untuk keluarganya setiap hari, sekolahkan anaknya sampai sarjana, punya rumah tetap dan kendaraan sederhana. Ia mungkin nggak punya jabatan berarti, nggak dikenal banyak orang, tapi dia sudah berhasil jadi seseorang.
Kita, yang saat ini sibuk sama laprak ini, rapat itu. Dibandingkan dengan beberapa tahun ke belakang: berkutat dengan PR, ujian kebut semalam, dan remediākita sudah jadi seseorang. Masih ada sekian perumpaan lain yang nggak bisa kita telusuri satu-satu untuk jadi bukci kalau kita bisa jadi seseorang.
Jadi seseorang nggak perlu berarti punya jabatan tinggi, dikagumi seisi bumi, punya likes atau followers yang lebih dari harga makan tiap hari, atau punya harta setara gunung tinggi. Jadi seseorang cukup berarti masih mau bertahan buat diri yang lebih baik esok hari, jadi berarti atau jadi ada buat orang yang menyayangi dan kita sayangi, jadi ada buat mimpi dan harapan di hati, atau sesederhana jadi ada untuk diri sendiri.
Kamu dan saya, lebih dari apa yang kita pikir selama ini. Kita akan jadi dan sudah menjadi seseorang yang cukup dalam artian paling tepat yang bisa kita maknai. Maka, hari ini dan seterusnya nanti, berprasangka-baiklah pada Sang Penjaga Hari
Hari, berterimakasihlah karena diri sendiri.