Mohon tunggu...
Rahmad Arbadilah Damanik
Rahmad Arbadilah Damanik Mohon Tunggu... Aktor - Penulis Lepas

Communication Student - Riau University

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membedah Arti "Jangan Beli Kucing Dalam Karung"

31 Januari 2022   17:48 Diperbarui: 31 Januari 2022   17:53 16625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kalimat tersebut merupakan kiasan untuk mengingatkan kita agar berhati-hati dalam membeli sesuatu. Karena kalau dalam Islam, hukum jual beli kucing itu ada yang membolehkan dan ada yang melarang. 

Terlepas dari itu semua, jangan sampai ada yang menjualbelikan kucing dalam karung, apalagi diluar karung.  Meskipun sangat disayangkan, praktik tersebut terjadi di pasar Tomohon, Sulawesi Utara. 

Mirisnya, jual beli kucing tersebut bukannya untuk di adopsi/dipelihara, melainkan untuk di konsumsi!

Namun yang menarik dari ungkapan tersebut adalah, apa alasan menggunakan hewan kucing yang ada didalam karung dengan aktivitas jual beli? Apakah ada sejarahnya kegiatan menjual kucing dalam karung itu pernah terjadi? 

Saya kurang tahu dan tidak ingin terlalu mencari tahu. Karena seperti yang kita ketahui bahwasanya suatu ungkapan pribahasa biasanya terbentuk dari hasil: realita, peristiwa, pemikiran, pengamatan, atau pengalaman.

Contoh pribahasa berikut:

"Bagai anak ayam kehilangan induk" yang bermakna "orang yang kebingungan dan gelisah." Tentu kita tahu bahwasanya anak ayam yang kehilangan induk akan kesana kemari bingung tak tau arah. Sehingga peribahasa ini terbentuk dari hasil Pengamatan.

Namun tidak jadi masalah, karena tidak semua istilah ataupun pribahasa itu harus dijelaskan secara detail alasan penyusunannya. Dan biasanya kita juga tahu maksud dari beberapa pribahasa atau istilah tertentu. 

Seperti panjang tangan yang berarti suka mencuri, lepas tangan yang berarti tidak peduli/tidak tanggung jawab, atau gaji buta yang berarti menerima gaji namun tidak bekerja.

Kembali pada maksud kalimat tersebut yang sebenarnya, pelajaran yang bisa diambil adalah Jangan membeli sesuatu yang kita tidak tahu pasti apa barangnya. 

Dalam hal belanja online, jangan lupa untuk melihat review dari konsumen yang sudah membelinya. Jangan hanya tergiur dengan harga ataupun kemasannya yang menarik. 

Ibarat kaleng khong guan, dalemnya trengginang. Kemudian dalam hal politik, jangan pilih calon pemimpin hanya dari tampilan dan blusukannya saja. 

Apalagi para calon politikus yang mendadak peduli, atau mendadak pakai peci dan sorban (baca: Religius). Memang kita tidak bisa memastikan apa yang kita beli/pilih itu ternyata tidak sesuai dengan ekspetasi. 

Namun sebelum itu terjadi, minimal kita harus mencari tau informasi berkaitan dengan hal tersebut dari berbagai sumber semampu kita agar tidak kecewa.

Sebenarnya jangan beli apapun dalam karung, tanpa diperlihatkan dahulu oleh si penjualnya. Entah itu katanya kucing, kalkun, biawak, atau jodoh sekalipun!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun