Pernahkah Anda merasa terjebak dalam situasi yang tidak masuk akal, seolah sistem di sekitar Anda melawan? Itulah esensi Kafkaesque, sebuah konsep yang tak hanya relevan dalam sastra, tetapi juga dalam kehidupan modern.
Kafkaesque secara ringkas adalah sebuah kondisi aneh, tidak wajar, dan kompleks terkait kekuatan asing yang membelenggu kita. Kekuatan yang entah darimana datangnya ini tidak bisa kita kalahkan dan kita terisolasi dengan dunia di luar kita.Â
Pada wajarnya kebanyakan orang biasa yang tidak punya kekuatan yang sering mengalaminya, atau secara kasarnya para orang tanpa pangkat dan jabatan. Walaupun begitu kadang orang yang memiliki jabatan tinggi dan juga terpandang dapat juga merasakannya.
Sebetulnya saya menuliskan ini terkait pengalaman pribadi yang pernah menjabat dalam lembaga organisasi mahasiswa (Ormawa) tingkat universitas kampus saya. Dengan membawa pengharapan untuk mengubah kehidupan mahasiswa di kampus saya terutama terkait administrasi kelembagaan Ormawa, tapi pada kenyataannya saya malah terkungkung dengan sistem birokrasi lama yang tidak bisa kami ubah.
Perasaan yang tidak mampu serta kehidupan Ormawa yang membelenggu saya dengan mengorbankan ketenangan serta kelancaran akademik saya (karena ya sekarang saya sedang mengerjakan skripsi dan hal ini agak sedikit menghambat), membuat saya jengkel walaupun saya tidak tahu harus jengkel ke siapa selain kepada diri sendiri.
Namun sebelum itu lebih baik kita berkenalan terlebih dahulu dengan istilah kafkaesque (diucapkan: kaf-ka-es), sebuah istilah psikologis yang datang dan diambil dari karya-karya Franz Kafka.
Apa itu Kafkaesque? Â Â
Istilah Kafkaesque sendiri sebenarnya berasal dari karya-karya Franz Kafka, penulis asal Praha, Republik Ceko saat ini. Karya-karya Kafka memiliki nuansa yang terkesan sangat murung dan banyak menceritakan tokoh-tokohnya dalam keterasingan psikologis, ketidakberdayaan, serta tentu saja jarang memiliki ending yang bahagia.
Namun, novel-novel karya Kafka banyak mengilhami dunia sastra seperti karya-karya George Orwell, Haruki Murakami, Salman Rushdie, dan masih banyak lagi. Tak hanya di dunia sastra, pada bidang filsafat sebut saja pemikiran eksistensialisme dari Jean-Paul Sartre dan Albert Camus merupakan sedikit dari banyak penulis dan filsuf yang secara tidak langsung terilhami oleh karya-karya Kafka.