Saya iseng melihat dashboard menulis kompasiana saya dan terlihat sudah lebih dari enam bulan tidak ada tulisan baru disana. Seolah mebuka lemari yang berdebu saya scroll satu persatu tulisan-tulisan lama saya dan seolah-olah saya melihat sebuah karya yang bermacam-macam kesan baik itu absurd, alay, hingga ada yang memang membuat saya takjub. Tapi yang saya garis bawahi sebenarnya kualitas tulisan saya dari awal hingga terakhir kali saya menulis berkembang dengan baik.
Tapi sebelumnya lebih baik jujur terlebih dahulu mengapa saya mendadak jarang menulis. Padatnya kegiatan organisasi kampus dan juga banyaknya tugas menuju semester-semester akhir perkuliahan menjadi alasan saya untuk lebih memprioritaskan hal-hal tersebut. Sebenarnya itu cuma alasan saya yang tidak bisa membagi waktu sih tapi ya beginilah saya apa adanya.
Sebenarnya ada niatan untuk menulis kembali selepas saya menuntaskan masa jabatan periode lalu di organisasi kampus, tetapi sepertinya saya memikirkan sebuah comeback yang maha luarbiasa dari tulisan saya dan itu juga yang membuat saya terus memikirkan ide-ide cemerlang. Pada akhirnya saya tidak kunjung menulis.
Kadang memang tidak perlu super perfect untuk memulai kembaliÂ
Lalu karena itu lah terkadang menyentuh dashboard menulis terasa berat kembali bagi saya. Karena tidak memikirkan ide baru yang saya rasa luarbiasa untuk comeback juga membuat saya ada pikiran bahwa mungkin ini akhir saya menulis, mungkin ini akhir saya menjadi blogger, dan ini mungkin jadi perpisahan atas momen-momen saya mencurahkan isi hati dan pikiran saya kedalam sebuah tulisan.
Pada sebuah kebimbangan dan bumbu-bumbu keputus-asaan itu saya menerima sebuah peristiwa.Saya beberapa waktu berbincang dengan seorang teman sekolah yang mampir ke kosan, dan dia menanyakan mengapa saya tidak lagi mempublish tulisan di kompasiana lalu saya ceritakan seperti yang menjadi alasan saya diawal.
Dia menyayangkan hal itu, padahal saya menurutnya telah berkembang dan melalui banyak hal dalam karya tulis. Menurut dia jugalah tulisan-tulisan saya walaupun bukan terbaik tapi enak untuk dibaca. Teman saya yang lain juga pernah berucap untuk tidak menyia-nyiakan keterampilan dan pengalaman saya di bidang ini.
Lalu mendengar itu saya juga melihat kembali perkembangan-perkembangan saya dari pertama kalinya saya mendapat Artikel Utama, hingga saat dahulu diadakan Klasmiting untuk pelajar dan saya sering mendapat konten terbaik berturut-turut, menjadi nominee best student Kompasiana 2022, dan terakhir menjadi konten terbaik dalam Kompasiana Youth Creator tahun 2023.
Alasan-alasan ini membuat saya sadar bahwa bukan dari satu dua tulisan saya yang luarbiasa tetapi sebuah proseslah yang pernah mengantarkan saya ke titik itu. Lalu dengan tekad itu saya memulai lagi menulis, bukan ingin menjadi luar biasa tetapi hanya ingin melanjutkan proses saya yang masih panjang.
Apa yang ingin saya tulis nanti?
Saya pernah menuliskan sebuah tulisan yang menyiratkan bahwa saya akan menulis dengan rasa, judulnya agak lupa tapi sepertinya dua tiga tulisan sebelum ini. Walaupun memang itu pandangan naif tentang berkarya yang menyampingkan manfaat materi tapi menghayati tulisan dengan perasaan akan membuat hal tersebut lebih mengena dibanding tulisan yang digerakan oleh materi.
Lalu apa yang akan saya tulis di comeback ini? Sesuatu yang luar biasa? Mungkin tidak, karena hal itu bakal jadi alasan saya ogah menulis. Saya akan terus membagikan apa yang saya pikirkan, baik itu asumsi maupun opini. Tidak perlu sempurna akan tetapi harus bermakna.
Pada isi konkritnya mungkin saya akan lebih mengkerucutkan konten-konten saya tapi bukan berarti saya tidak bebas hanya saja agar pembaca lebih mengenali diri saya. Mungkin saya hanya akan menulis seputar Psikologi, Sosial-Humaniora, dan Tamansiswa.
Ya mungkin cukup itu saja sih, tunggu tulisan saya berikutnya yaa. See you next time. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H