Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Alasan Psikologis Maraknya Judi Online

6 September 2023   19:41 Diperbarui: 6 September 2023   19:49 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com

Saya pernah ditawari job membuat artikel & copywriting tentang sebuah produk judi online. Takut dosa, saya tolak dengan halus tawaran dari calon klien saya itu. Namun tawaran itu tidak datang sekali, sudah sering saya dapat tawaran tersebut yang menyasar beberapa penulis lepas pemula seperti saya.

Sebelum kita masuk ke judi online, secara umum judi sudah banyak dilarang baik secara normatif dari agama maupun hukum dari negara. Namun hal tersebut, seolah-olah tidak membuat para penjudi jera. Bahkan menurut laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada 2022 lalu tercatat sekitar Rp 155,4 Triliun transaksi judi online.

Hal ini membuat kita sebagai warga negara yang terkenal agamis jadi bertanya-tanya terkait maraknya judi online di Indonesia. Melalui kacamata psikologi saya akan menjelaskan sedikit tentang teori psikologi yang menjadi alasan maraknya judi online.

Id & Fantasi Finansial

Manusia selalu ingin mendapat kesenangan dan tanpa kerja keras. Jika memakai teori dari Psikoanalisis-nya Sigmund Freud, terdapat Id yang merupakan salah satu dari tiga komponen kepribadian selain ego & superego. Karakteristik id sendiri adalah komponen kepribadian yang selalu berprinsip pada kesenangan (pleasure principle), serta tidak memikirkan bagaimana rasionalnya cara mendapatkan kesenangan ini.

Berbeda dengan dua komponen lainnya yakni ego yang logis dan superego yang berpegang pada aturan normatif, id selalu menjurus kepada kesenangan. Ketiganya sebenarnya membuat keseimbangan tetapi ketika salah satunya dominan akan membuat gangguan psikologis berupa perilaku yang tidak benar.

Bagi para penjudi, id sangat mendominasi kepribadiannya sehingga mereka ingin mendapat kesenangan melalui uang yang mereka dapat dari judi. Berjudi sangat memenuhi keinginan id dimana kita hanya butuh sedikit usaha untuk mendapat kesenanggan. Selain itu judi juga memberikan fantasi finansial akan keuntungan berkali-kali lipat dari sedikit uang.

Morgan Housel dalam buku Psychology of Money menjelaskan bahwa sebenarnya seseorang menggunakan uangnya terkadang tidak mementingkan kebutuhan finansialnya tapi lebih ke kebutuhan psikologisnya. Beberapa orang yang ekonominya menengah ke bawah lebih sering berjudi atau memasang lotre karena ingin memenuhi fantasi mereka akan kekayaan.

Id yang tidak terkontrol dan berisi tentang fantasi finansial yang ingin kekayaan cepat membuat seseorang memilih berjudi.

Psikologi Behaviorisme Dari Judi Online

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun