Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Fenomena Skena, Apa Bisa Mengatasi Kesepian Anak Muda?

24 Juli 2023   15:29 Diperbarui: 24 Juli 2023   16:01 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sua, cengKerama, dan kelaNa", adalah tiga kata yang mendefinisikan arti Skena, sebuah kata yang banyak kita dengar akhir-akhir ini. Jadi Skena sendiri adalah orang yang sering mencari suasana (Sua), bercengkrama, dan jalan-jalan (berkelana). Apakah fenomena Skena ini ada kaitannya dengan masalah kesepian anak muda?

Sebelum kita masuk ke pembahasan inti tadi, kita sadari bahwa kata Skena sudah sering kita dengar baik di media sosial maupun di dunia nyata. Pertama kali saya dengar kata itu sendiri dilontarkan teman saya kepada salah satu teman lainnya yang memakai celana cargo krem. Saya saat itu berpikir bahwa Skena adalah gaya outfit tertentu.

Walaupun begitu ternyata Skena memiliki pengertian lebih kompleks lagi karena berkaitan dengan hobi dan selera musik tertentu. Lalu apa yang membedakan kelompok ini dengan berbagai kelompok anak muda yang lainnya misalkan Wibu, kpoper, maupun anak senja?

Membatasi Pengertian Skena

Sebenarnya siapa sih yang cocok dikatakan si anak Skena? Apakah mereka yang memakai pakain serba hitam, bersepatu docmart, punya tato kecil di lengan, dan bercelana cargo? Apakah mereka adalah orang-orang paling mengerti musik sebenarnya?

Skena sendiri sebenarnya merujuk kepada komunitas pecinta musik yang khususnya independen untuk menjadi wadah interaksi bagi para pecinta musik ini dengan musisi maupun pecinta musik lainnya. 

Di komunitas ini juga banyak diadakan pameran untuk memperkuat kecintaan mereka pada genre musik yang mereka sukai dan tak jarang juga ada merchandise unik dari band-band yang mereka sukai ini.

Jadi pada intinya Skena adalah sebuah komunitas musik dan tidak juga biasanya tidak terbatas pada genre tertentu. Jika ada komunitas pecinta musik rock maka bisa disebut itu Skena rock. 

Skena sebenarnya adalah komunitas pecinta musik yang menyukai suasana yang bernuansa musik favorit mereka dan suasana itu bisa mereka dapatkan dengan berkomunikasi satu sama lain maupun berjalan-jalan.

Kesukaan mereka pada suasana yang membangun nuansa musik favorit mereka juga mereka tuangkan dalam gaya sehingga mereka merasa nyaman jika memakai pakaian yang bercirikan band favorit mereka. 

Sampai situ dulu kita batasi pengertian Skena hanya untuk artikel ini tentunya agar kita lebih mudah memahami penjelasan mengapa mereka saya rasa dapat mengatasi Kesepian anak muda.

Lalu mengapa muncul streotipe bagi para anak Skena dari mulai outfit yang khas hingga dicap sebagai "polisi skena", karena dianggap si paling tahu musik?

Munculnya Stereotip Skena Sebagai Si Paling Tahu Musik

Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com/Victoria_Regen
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com/Victoria_Regen

Sebenarnya ini tak lepas dari pandangan kita sebagai masyarakat yang punya berbagai macam pandangan. Seperti halnya Skena sebagai sebuah gaya, terkadang ada pula yang memandang mereka sebagai gaya yang norak dan berlebihan. Kita tidak bisa menerima bahwa sesuatu dapat dipandang positif oleh semua orang.

Dalam komunitas Skena ini juga tidak semua orang berperilaku baik tentunya. Ada beberapa oknum yang merasa superior dan merasa sangat tahu bagaimana cara menikmati musik tertentu. Mereka inilah yang kerap kali disebut "polisi skena", karena kebiasaannya menertibkan selera musik seseorang.

Walaupun begitu, ada beberapa anak Skena yang tentunya hanya menyukai suasana dari musik yang mereka sukai. Individu yang gemar bercengkerama dan berkelana tanpa peduli bagaimana orang menikmati musik.

Bisakah Skena Mengatasi Kesepian Anak Muda?

Kurang afdol sebenarnya jika dalam artikel saya tidak membahas sesuatu tentang psikologi, secara saya ini mahasiswa psikologi. Mari kita tautkan fenomena Skena ini pada masalah Kesepian pada anak muda. Anak muda terkhusus usia dewasa awal memang kerap kali terserang kesepian karena adanya tanggung jawab untuk mandiri.

Jika meminjam teori psikologi sosial milik Erik Erikson, diumur kita-kita ini yang lagi menempuh fase dewasa awal sedang ada di masa pergolakan antara keintiman dan juga isolasi (Intimacy vs isolatry). Jadi kadang kita harus mencari kedekatan dengan sesuatu jika tidak ingin terisolasi.

Menurut studi yang dilakukan oleh Manuela Barreto dari Universitas Exeter, Inggris memaparkan bahwa kebanyakan kesepian dialami oleh anak muda. Hal tersebut lebih lanjut dia katakan akibat dari ekspektasi yang berbeda dengan kenyataan membuat semakin kita terisolasi dengan dunia.


Skena yang adalah suatu aktivitas untuk berkumpul dengan sesama dapat mengobati rasa kesepian anak muda sebenarnya. Dengan bercengkerama dan menikmati suasana dari sebuah alunan musik favorit maka badai besar bernama kesepian itu akan sirna. Musik terbukti mampu mempengaruhi psikologis kita lewat alunan nada dan liriknya yang membangun suasana.

Saya bukanlah anak Skena namun saya yakin setiap gaya dan mode punya dampak terhadap psikologis seseorang termasuk gaya Skena ini. Selama itu tidak menyalahi hukum dan norma, setiap perilaku pengekspresian diri bagi anak muda adalah hal yang tidak boleh dihalangi. Kritik dan bantahan terhadap hal tersebut memang boleh tapi melarangnya saya rasa adalah perbuatan sia-sia.

Seperti halnya Skena yang mengobati kesepian, menulis di kompasiana seperti yang saya lakukan adalah bentuk ekspresi diri. Terlebih setelah mengikuti Creator Academy Batch 1 dari Kampusiana membuat saya lebih semangat berkonten. Semangat untuk semua anak muda yang berkarya!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun