Ibu saya memang bukan seorang guru penggerak dan statusnya tak lebih dari seorang guru honorer tapi menurut saya kisah dan semangat beliau untuk menggapai cita-cita yang mulia ini bisa dijadikan inspirasi Semarak Merdeka Belajar.Â
Memang ibu saya bukan ahli dalam Kurikulum Merdeka tapi melalui pengabdiannya yang tulus itu makna dari Merdeka Belajar bisa tersampaikan
Menurutnya konsep Merdeka Belajar adalah kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan dirinya. Mengajar anak murid pada Merdeka Belajar juga harus membutuhkan kesabaran dan fleksibel sesuai situasi dan kondisi siswa.Â
"Nggak boleh terlalu keras tapi juga nggak boleh terlalu lembek juga", begitu kata ibu saya ketika ditanya cara mengajarnya.
Pengabdian ibu saya membuat saya teringat salah satu fatwa ajaran Tamansiswa yakni Berhamba Kepada Anak. Berhamba kepada anak menurut Ki Hadjar Dewantara adalah suatu pengabdian yang bebas dari ikatan dan suci dalam pikiran. Berhamba pada anak juga bukan berarti kita menjadi pesuruh anak tapi dedikasi kita agar anak menjadi pribadi teladan dan terpuji.
Dari Berhamba Kepada Anak inilah saya rasa ibu saya mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian. Berhamba pada anak sejatinya adalah berhamba pada diri sendiri.
Pesan ibu saya kepada setiap orang yang sedang berjuang untuk cita-citanya adalah untuk jangan berputus asa, terus berdoa, dan yakinlah cita-citamu akan tercapai. "Nikmati setiap prosesnya" kata ibu saya ketika ditanya soal susahnya ini dan itu.
Itulah inspirasi dari ibu saya yang umur 45 tahun memutuskan menjadi seorang tenaga pendidik. Beliau adalah sosok wanita tangguh, enerjik, penyabar, dan juga sangat inspiratif. Saya beruntung beliau adalah ibu saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H