Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Emosi Lewat Psikologi Behaviorisme

28 Januari 2023   15:01 Diperbarui: 28 Januari 2023   15:03 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada seorang manusia di bumi ini yang tidak memiliki emosi sama sekali. Bahkan orang yang datar atau sedingin kulkas seperti Wednesdey Adam pun pasti memiliki emosi, bahkan dengan melihat raut mukanya yang datar dan dingin bisa dikatakan dia beremosi. 

Kalau kita berbicara tentang emosi pasti merujuk kepada rasa marah walaupun marah hanya salah satu dari berbagai macam jenis emosi.


"Sabar, jangan Emosi dulu!", adalah kata yang sering kita dengar ketika melihat orang ingin marah-marah.


Kita tahu bahwa emosi merupakan sebuah perasaan yang ada dalam diri setiap orang. Emosi sudah pasti merupakan aspek psikis yang erat kaitannya dengan kondisi psikologis seseorang.

Salah satu mazhab psikologi yakni behaviorisme yang menekankan pada observasi perilaku menjelaskan bagaimana emosi tersebut bekerja dan menjadi perilaku.


Emosi Menurut Psikologi Behaviorisme


Buku berjudul Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia karya B.F. Skinner menjelaskan secara lengkap bagaimana mazhab behaviorisme memaknai emosi. 

Secara fiksional banyak orang beranggapan bahwa banyak penyebab disebabkan oleh emosi seperti lari karena takut atau memukul karena marah, namun masalahnya emosi tidak bekerja sesederhana itu.


Memakai teori James-Lange, Skinner beranggapan bahwa orang tidak merasakan penyebab emosi dari dalam namun hanya merasakan perilaku dari emosional itu sendiri.

 Jadi secara lebih jelasnya kita menangis bukan karena kita sedih atau muka memerah karena kita malu tapi sebaliknya, kita sedih karena kita menangis atau kita malu karena ada pertanda muka kita merah.


Behaviorisme menekankan pada bukti-bukti fisiologis dalam menafsirkan emosi dan membawa pengertian emosi sebagai sumber dalam psikis sebagai konseptual belaka. 

Jadi emosi menurut behaviorisme adalah bermacam-macam bukti perilaku yang telah didefinisikan sebagai emosi tertentu.


Mekanisme Emosi Sebagai Predisposisi


Stimulus dan respons merupakan dua hal yang tidak asing lagi dalam psikologi behaviorisme. Dalam kaitannya dengan emosi juga memiliki mekanisme yang dapat dilihat melalui dua hal tersebut. 

Seseorang bisa merasa bahagia jika ada stimulus yang menyenangkan ditangkap olehnya. Emosi juga dapat dikatakan sebagai predisposisi atau "sesuatu yang menebabkan suatu" perilaku.

Orang yang marah contohnya akan punya kecenderungan untuk melakukan pelanggaran ataupun kekerasan untuk melukai atau menghentikan stimulus yang menyebabkan dia marah.


Namun terkadang setiap emosi memiliki respons yang berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan juga stimulus yang dirasakannya. 

Respons yang berubah-ubah ini juga disebabkan oleh penguatan (reinforcement) dari konsekuensi sebelumnya. 

Contoh seperti seorang yang marah berkelahi berkata "Mampus!", ketika berhasil membuat musuhnya terluka.


Jika kita lihat dari mekanismenya maka mekanisme emosi merupakan sebuah rangkaian fungsi dari perilaku. Penguatan bisa terjadi yang menyebabkan dilanjutkannya suatu perilaku atau jika penguatan itu negatif dapat menghentikan perilaku tersebut. 

Walaupun emosi dapat dikatakan sebagai predisposisi namun kurang tepat mengatakan bahwa emosi adalah penyebab pasti suatu perilaku, ada banyak probabilitas dimana perilaku tersebut dikeluarkan maupun ditekan.


Manfaat Praktis Emosi


Behaviorisme yang juga erat kaitannya dengan pengendalian lewat eksperimen pengkondisiannya juga dapat memanfaatkan emosi sebagai suatu aspek kontrol perilaku. 

Hal tersebut dikarenakan terdapat respon-respon yang khas pada suatu emosi tertentu pada setiap predisposisi emosional perilaku.


Kontrol perilaku berdasarkan emosi ini seperti kita lihat dalam bidang militer yang menggunakan obat tertentu untuk menghilangkan karakteristik respons dari rasa takut dan gelisah untuk membuat tentara berani di medan pertempuran. 

Beberapa pelatih olahraga membuat para pemainnya lebih agresif bermain dengan membuat mereka marah terhadap musuhnya dilapangan.


Dan bisa kita lihat di bidang politik bahwa kebanyakan politikus berkampanye dengan perilaku yang berkarakteristik "menyenangkan" seperti memberi bantuan kepada orang miskin maupun kepeduliannya kepada difabel (bagi-bagi kaos dengan muka cemberut mungkin tidak termasuk). 

Hal itu dikarenakan para pemilih sudah pasti memilihnya karena emosi yang menyenangkan tadi.


Walaupun behaviorisme menganggap emosi sebagai bagian dari sebab fisiologis dan menolak penjelasan emosi sebagai "faktor dalam" psikologis seseorang, penerapan pada emosi dalam kontrol perilaku sangat membantu bagi kita yang ingin memanfaatkan perilaku dari dasar emosi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun