Behaviorisme menekankan pada bukti-bukti fisiologis dalam menafsirkan emosi dan membawa pengertian emosi sebagai sumber dalam psikis sebagai konseptual belaka.Â
Jadi emosi menurut behaviorisme adalah bermacam-macam bukti perilaku yang telah didefinisikan sebagai emosi tertentu.
Mekanisme Emosi Sebagai Predisposisi
Stimulus dan respons merupakan dua hal yang tidak asing lagi dalam psikologi behaviorisme. Dalam kaitannya dengan emosi juga memiliki mekanisme yang dapat dilihat melalui dua hal tersebut.Â
Seseorang bisa merasa bahagia jika ada stimulus yang menyenangkan ditangkap olehnya. Emosi juga dapat dikatakan sebagai predisposisi atau "sesuatu yang menebabkan suatu" perilaku.
Orang yang marah contohnya akan punya kecenderungan untuk melakukan pelanggaran ataupun kekerasan untuk melukai atau menghentikan stimulus yang menyebabkan dia marah.
Namun terkadang setiap emosi memiliki respons yang berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan juga stimulus yang dirasakannya.Â
Respons yang berubah-ubah ini juga disebabkan oleh penguatan (reinforcement) dari konsekuensi sebelumnya.Â
Contoh seperti seorang yang marah berkelahi berkata "Mampus!", ketika berhasil membuat musuhnya terluka.
Jika kita lihat dari mekanismenya maka mekanisme emosi merupakan sebuah rangkaian fungsi dari perilaku. Penguatan bisa terjadi yang menyebabkan dilanjutkannya suatu perilaku atau jika penguatan itu negatif dapat menghentikan perilaku tersebut.Â
Walaupun emosi dapat dikatakan sebagai predisposisi namun kurang tepat mengatakan bahwa emosi adalah penyebab pasti suatu perilaku, ada banyak probabilitas dimana perilaku tersebut dikeluarkan maupun ditekan.