Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Resesi Seks atau Seks yang Makin Teralienasi?

24 Desember 2022   19:08 Diperbarui: 26 Desember 2022   01:15 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga (Dok. Shutterstock/Tom Wang)

Zaman modern memaksa kita memaknai seks sebagai sexual intercourse (hubungan intim) saja tanpa ada kaitannya dengan aspek-aspek yang telah lama diikat peradaban.

Mengenai resesi seks ini dapat kita lihat bagaimana ekonomi menekan berbagai ikatan seks dengan aspek lainnya ke sudut masing-masing. Hanya dengan kekuatan uang, sedikit demi sedikit beberapa aspek itu dengan seks mulai dieratkan. 

Sistem ekonomi membuat seks makin teralienasi dari rasa cinta dan kekeluargaan. Berbagai aspek ini termasuk seks itu sendiri bisa diperjualbelikan dengan terpisah dan tanpa ada makna di dalamnya.

Perkembangan psikologi yang seharusnya didapatkan baik oleh masa dewasa madya untuk membina keturunan dan oleh dewasa awal untuk membina keintiman (Intimacy dan generativity jika meminjam dari teori psikososial Erik Erikson) jadi tidak dapat dipenuhi. Pemenuhan ini dapat menjadi suatu neurosis bagi tahap perkembangan selanjutnya.

Kesimpulan

Memang dampak yang terakhir ini bersifat hipotesis dan dapat terjadi jika resesi seks berada di titik paling ekstrem namun bukan berarti tidak mungkin mustahil terjadi. 

Resesi seks seharusnya dapat diimbangi dengan fasilitas dan sistem ekonomi yang memadai bagi para pasangan ataupun seseorang untuk membina rumah tangga.

Memaknai seks bukan hanya kebutuhan sexual intercourse semata namun juga kebutuhan yang berkaitan dengan kasih sayang, kekeluargaan dan membina anak patut dipahami bagi kita agar seks kembali ke tempatnya dan tidak teralienasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun