Dan walaupun peradaban sudah meringankan manusia akan ketidaktahuannya pada alam. alam yang belum dijinakan itu masih tidak diketahui dan menjadi suatu ketakutan dalam diri manusia.
Alam yang belum dijinakan inilah yang banyak oleh manusia beragama disebut takdir.
Agama Sebagai Ilusi dari Masalah Infantil
Karena ketidaktahuan akan alam yang belum dijinakan ini maka peradaban memasukan gagasan-gagasan religius untuk mengikat manusia.Â
Dengan gagasan-gagasan religius juga peradaban hendak menutupi kekurangan-kekurangannya. Namun gagasan-gagasan religius ini ditemukan dalam kondisi siap pakai demi menggurangi rasa tidak tahu mereka pada alam.
Oleh karena itu, Freud mengatakan bahwa motif dibentuknya agama berasal dari ketidak berdayaan manusia terhadap alam dan juga tekanan akan peradaban yang mengikat manusia.
 Ketidakberdayaan yang melahirkan agama ini dapat ditelaah dari ketidakberdayaan anak-anak yang membutuhkan orang dewasa untuk hidup.
Freud dengan berani menyebutkan bahwa agama datang dari masalah infantil atau kanak-kanak yang membutuhkan figur ayah demi melindungi dirinya dari kejahatan alam yang tidak dia ketahui.
Dan karena itu maka agama memberikan ilusi bagi umat manusia sebagai suatu perlindungan atas ketidaktahuannya pada superioritas alam.
 Tidak seperti ilmu pengetahuan yang memaparkan fakta, agama memaparkan ilusi dimana kita tidak bisa menanyakan otentifikasinya karena leluhur atau orang terdahulu kita sudah lama mempercayainya.
Masa Depan Agama Sebagai Ilusi