Semenjak pandemi COVID-19 kita tahu bahwa industri pariwisata menjadi mati suri. Pemberlakuan PPKM menjadi alasan surutnya minat untuk berpariwisata.Â
Dan setelah hampir dua tahun pandemi akhirnya pada tahun ini mulai dilonggarkan PPKM karena kasus Covid-19 yang mulai mereda dan vaksinasi yang mulai merata.
Namun karena hampir dua tahun dibatasi sedemikian rupa membuat kreatifitas dalam melakukan inovasi yang digunakan dalam promosi pariwisata menjadi sedikit kaku.Â
Desa-desa wisata menjadi sulit memberikan promosi kepada turis untuk mau datang berkunjung. Nah, saya akan memberikan sedikit pandangan saya menurut latarbelakang psikologi yang saya miliki untuk membantu promosi desa wisata.
Ekspresi Alam Bawah Sadar Untuk Kreatifitas
Pada dunia yang serba digital ini pandangan mistis sangat berkurang dan dihimpit terus oleh pandangan rasional penuh logika. Padahal pandangan yang dikatakan mistis ini sebenarnya berasal dari alam bawah sadar manusia yang abstrak.Â
Jika untuk industri tekonologi yang berlandaskan ilmu pasti mungkin kita bisa setuju pandangan ini tapi untuk industri pariwisata maka saya agak kurang setuju.
Contohnya seperti aksi Mbak Rara si pawang hujan di Sirkuit Mandalika misalnya yang banyak dihujat sebagai kemunduran intelektual alih-alih sebagai promosi kultural bagi pariwisata di Mandalika.Â
Ekspresi alam bawah sadar terkadang aneh dan sangat tidak masuk akal tapi juga dapat memberi keunikan tersendiri bagi suatu tempat wisata tertentu.
Mistisme yang tentunya tidak melanggar hukum-hukum tertentu dapat dibalut dengan keragaman budaya dan berbagai tampilan kesenian khas daerah lokal tersebut.Â
Kebanyakan wisatawan banyak memilih tempat yang unik dan eksotis daripada yang banyak berkutat pada teknologi futuristik yang berlandaskan logika.
Berkendara Sambil Berwisata
Selain dari keunikan alam bawah sadar, berkendara sambil berwisata tentunya merupakan salah satu kombinasi yang menarik minat para wisatawan.Â
Bayangkan bagaimana kita dapat menikmati pemandangan alam yang ada di setiap pelosok tempat wisata dan mengunjungi festival kreatif lokal dari satu desa wisata ke desa wisata lainnya.
Berkendara bersama juga bisa meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan serta beberapa hal seperti lebih peka terhadap sekeliling dan solidaritas antar sesama juga terbangun dengan baik.Â
Desa wisata ramah berkendara tentunya sudah harus banyak digalakan dengan infrastruktur yang memadai dari pemerintah yang berkolaborasi dengan masyarakat desa wisata setempat.
Dengan mengekspresikan alam bawah sadar masyarakat desa wisata untuk memberikan keunikan tersendiri bagi promosi wisata di daerah itu dan juga fasilitasi pada desa ramah berkendara membuat gen kreatif masyarakat di industri pariwisata hidup kembali.Â
Sumbangsih instansi dan berbagai pihak untuk membantu hal ini seperti yang saat ini dilakukan Adira Finance sangat membantu desa wisata untuk maju. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H