Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Candaan Rasis Bisa Menjadi Tanda Multikulturalisme di Lingkar Pertemanan

13 Oktober 2022   20:52 Diperbarui: 13 Oktober 2022   20:58 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pexels.com 


Hal ini disebabkan karena ranah publik memiliki berbagai macam individu yang kita tidak ketahui consent dan keterbukaanya terhadap jokes atau candaan rasis ini. 

Publik juga masih kuat mengikat diri dengan kultur dan komunitas kelompok seperti suku atau agama yang punya tingkat keterbukaan yang rendah dan jelas punya solidaritas tinggi terhadap apa yang dianut atau diyakini kultur maupun kepercayaannya.


Simpulan


Candaan rasis memang bukan satu-satunya cara dan tanda bagi munculnya pengakuan bagi multikulturalisme di lingakaran pertemanan namun candaan rasis pada lingkaran pertemanan tanpa memberikan ketersinggungan jelas sebuah tanda bahwa ada keakraban yang mengakui pula multikulturalisme.


Sebelum memulai candaan rasis memang memberikan keterbukaan dan consent bagi teman-teman kita yang berbeda kultur sangat harus dilakukan. 

Jika kita atau teman kita memang sensitif dan tersinggung akan sesuatu candaan rasis maka hal tersebut tidak perlu dilakukan. 

Candaan ini tidak perlu dipaksakan dan akan muncul perlahan-lahan jika keakraban dan consent dari lingkar pertemanan mencapai kesempurnaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun