Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Diri yang Tak Ditemukan Karya Carl G. Jung

17 September 2022   10:00 Diperbarui: 17 September 2022   10:07 1475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul depan. Sumber: dokumen pribadi. 

*Judul Buku: Diri Yang Tak Ditemukan
*Penerbit: IRCiSoD
*Penulis: Carl Gustav Jung
*Penerjemah: Rani Rahmanilah
*ISBN: 978-602-7696-40-2
*Jumlah Halaman: 201
*Harga: Rp. 60.000


Buku yang berjudul asli bahasa inggris The Undiscovered Self ini merupakan karya dari Carl Gustav Jung, seorang psikolog yang terkenal di mazhab psikoanalisis. 

Jung tidak dapat dipisahkan dari dunia psikologi karena teori-teori hebatnya yang sangat berguna di bidang tersebut. Dari konsep tentang arketipe, ketidaksadaran, persona, bayangan, hingga anima dan animus merupakan buah pikiran dan risetnya yang berkontribusi besar dalam dunia psikologi.


Jung semasa hidupnya sangat sering menulis hasil risetnya dan menerbitkan karya-karyanya yang berkaitan dengan psikoanalisis. Bahkan setelah beliau meninggal terdapat beberapa karya yang belum sempat diterbitkan dan baru diterbitkan setelah kematiannya. 

Buku-buku beliau yang telah saya baca selain buku ini antara lain Psikologi dan Agama, Empat Arketipe, dan The Spirit in Man, Art, and Literature.


Buku ini sebenarnya merupakan rangkuman dari perbincangan Jung dengan Dr. Carleton Smith, direktur dari National Arts Foundation. Tulisan dari Jung mengenai perbincangannya itu akhirnya menarik perhatian editor The Atlantic Monthly Press untuk menerbitkannya. 

Buku ini sebetulnya dibagi menjadi banyak bab namun saya akan membagi tiga bagian karena dirasa memiliki tema yang sama, yaitu: Manusia Modern di Barat dan Pandangannya Pada Agama, Pemahaman Individu pada Dirinya dan Pendekatan Filosofisnya pada Kehidupan, dan Pengenalan Diri dan Maknanya.


Manusia Modern di Barat dan Pandangannya Pada Agama  


Manusia di zaman modern ini adalah manusia yang memakai ego-kesadarannya demi menafsirkan dunia. Namun itu merupakan kesalahan fatal dimana kita hanya menggantungkan pada pengetahuan yang bersifat statistik dan mengabaikan perbedaan individu yang sejatinya merupakan keunikan yang irasional. Pada akhirnya moral akan terganti dengan kebijakan negara berdasarkan rasional statistika tersebut.


Pada akhirnya negara akan menjadi sosok otoriter dalam pengaturan kehidupan manusia. Namun agama ada untuk menyeimbangkan hal tersebut dimana manusia tunduk pada kekuatan irasional Tuhan. 

Hal ini membuat individu dapat eksis dengan keunikan ketidaksadarannya dan tidak melebur dalam keseragaman komunitas yang digagas negara.


Dunia barat sudah lama meninggalkan agama karena dasar irasionalnya dan beralih pada Weltanschauung (pandangan hidup atau ideologi) yang lebih rasional dan ilmiah. 

Padahal jika agama dimaknai melalui simbolisasi maka akan dapat dipahami bagaimana agama menjadi sebuah ekspresi bagi ketidaksadaran individu. 

Negara dengan Weltanschauung-nya entah itu komunis maupun kapitalis akhirnya hanya menganggap manusia sebagai buruh bagi "barang-barang" yang dipertontonkan dari Weltanschauung itu.

Pemahaman Individu pada Dirinya dan Pendekatan Filosofisnya pada Kehidupan


Manusia merupakan mahluk istimewa dibandingkan dengan organisme lainnya karena ia bukan hanya menikmati dunia namun juga menciptakannya. 

Manusia dapat membandingkan dunia luar namun tidak dapat membandingkan dirinya dengan alam bawah sadarnya. Keunikan individu terpaksa harus dipendam dalam alam bawah sadar agar dapat selaras dengan masyarakat.


Keunikan individu dinyatakan sebagai subjektivisme dimana terkadang dianggap tidak wajar bagi masyarakat dan bahkan beberapa kasus harus berurusan dengan rumah sakit jiwa.

 Keseragaman masyarakat membuat disosiasi individu dengan alam bawah sadarnya dan membuat mereka terkadang mengalami neurotik yang berasal dari dorongan naluriah keunikan individu tersebut.


Dunia dipandang akhirnya menjadi dua, yakni dunia rasional yang berdasarkan pengetahuan dan dunia iman yang berdasarkan kepercayaan yang religius. 

Agama yang menopang dorongan naluriah manusia yang bersifat individualis harus bertabrakan dengan beberapa paham yang bersifat rasional seperti komunisme, fasisme maupun kapitalisme.


Semakin besar kita mengetahui alam dengan pengetahuan maka semakin besar juga rasa jijik kita pada hal-hal alamiah. Maka hal ini juga mendistorsi keunikan subjektif individu dan meleburkan diri kedalam keseragaman kerumunan.


Pengenalan Diri dan Maknanya


Pengenalan diri bukan hanya mengetahui dengan pasti apa-apa saja yang ada di kesadaran namun lebih jauh dari itu mengenali dengan pasti alam bawah sadar dirinya. 

Dari kedalaman alam bawah sadar ini ada sumber-sumber pengalaman religius yang sarat akan makna dan merupakan sebuah arketipe alamiah dari alam bawah sadar manusia.


Namun di dalam alam bawah sadar juga terdapat ketakutan, kegelisahan, dan kesalahan yang tidak diakui oleh alam sadar dirinya sehingga dia akan mewakilkan ketakutan itu kepada objek diluar dirinya. 

Maka hal ini bisa menjadi pembenaran atas segala macam kejahatan. Mengakui ketakutan dan dorongan berbuat jahat ini dalam diri kita adalah penting dalam mengenal diri.


 Pengenalan diri berarti memaknai naluri-naluri alam bawah sadar kita secara seksama. Membuat sebuah integrasi menyeluruh tentang kepribadian yang terbagi dua, alam sadar dan bawah sadar.

 Alam bawah sadar yang memiliki keunikan individu tentu dapat diutarakan sebagai perasaan yang diekspresikan.


Kesimpulan yang mungkin dapat saya cerna dari buku ini mungkin adalah diri yang tak ditemukan yang menjadi judul buku ini adalah berbagai naluri alamiah yang berada di alam bawah sadar kita. 

Naluri ini berisi tentang berbagai sumber pengalaman religius, keunikan individu, hingga ketakutan dan kegelisahan kita yang dapat menimbulkan kejahatan.


Di zaman modern ini kita dipaksa untuk tidak mengakui naluri-naluri tersebut karena tidak rasional dan ilmiah, padahal hal tersebut dapat membuat kita tidak mengenali diri kita seutuhnya. 

Agama dan proses pengenalan alam bawah sadar menjadi solusi bagaimana kita menemukan diri yang tak ditemukan ini.


Kelebihan yang mungkin ada di buku ini adalah Jung dapat menjelaskan secara rinci bagaimana zaman modern menghilangkan keunikan individu. 

Memang beberapa ada kata-kata ilmiah yang sulit dimengerti, tapi tenang saja karena dalam buku ini terdapat glosarium yang berisi pengertian istilah-istilah tersebut.


Jika kamu bukan pembaca yang suka dengan istilah-istilah berat dan kompleks sepertinya buku ini jangan dahulu jadi pilihanmu, terlebih kamu asing dengan ranah psikologi maupun sosiologi. Namun bagi kamu yang memang ingin mendalami alam bawah sadar dan kaitannya dengan sosial, buku ini wajib kamu baca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun