Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Psikoanalisis, Jalan Tengah antara Nature Versus Nurture?

27 Juli 2022   05:57 Diperbarui: 27 Juli 2022   05:59 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 


Semenjak kelahiran bidang keilmuan psikologi, debat panjang antara faktor bawaan (Nature) dan juga lingkungan (Nurture) menjadi sebuah bahasan yang panjang guna menelusuri akar perilaku manusia. 

Kedua faktor tersebut berbeda karena muncul dari tempat yang berbeda, Nature dari dalam diri individu sedangkan Nurture berasal dari luar individu tersebut.
Insting manusia yang berasal dari dalam diri manusia dianggap penting karena itu berasal dari fitrah manusia dan tidak mungkin terlepas dan hilang begitu saja. 

Permasalahan ini semakin pelik jika disangkutpautkan dengan bakat dimana ada bakat bawaan yang tidak dimiliki semua orang yang membuat banyak individu berbeda dengan yang lainnya.

Sedangkan Nurture atau pemeliharaan yang memang berasal dari luar seperti melalui pembelajaran dan pelatihan membuat individu memiliki perilaku yang khas dari yang lainnya.

Jika saja lingkungan tidak memberikan kesempatan bagi dorongan bawaan itu maka perilaku tersebut tidak akan dimunculkan dan oleh karena itu pendukung faktor Nurture seperi para pakar behaviorisme menggangap lingkungan adalah yang terpenting.

Psikoanalisis sebagai salah satu mazhab besar psikologi yang diprakarsai oleh Sigmund Freud pada awalnya dikategorikan sebagai teori yang berdiri dari faktor bawaan, namun dalam buku Akar Kekerasan karya Erich Fromm menjelaskan bahwa sebenarnya psikoanalisis juga mencakup faktor lingkungan.


Faktor Nature dalam Teori Psikoanalisis


Sepeti yang kita ketahui bahwa banyak yang memasukan psikoanalisis sebagai teori yang berlandaskan insting bawaan atau nature karena kita tahu dalam struktur kepribadiannya terdapat Id yang memberikan energi psikologi terbesar dan terlahir paling awal dar 2 struktur lainnya yakni Ego dan Superego.


Id yang merupakan struktur kepribadian yang berprinsip pada kesenangan ini dapat kita simpulkan bahwa insting primitif seperti konsumsi dan seksual terkandung didalamnya.

Dan apabila kita lihat porsi kekuatan psikologi yang lebih besar dari dua struktur lainnya maka pastilah Id yang insting bawaan dan berasal dari Nature ini sebagai "akar" dari perilaku manusia.


Faktor Nurture dalam Teori Psikoanalisis


Namun janganlah kita melihat teori psikoanalisis dari Id-nya saja dan tanpa melihat beberapa konsep lainnya seperti dalam struktur kepribadian terdapat struktur Ego yang berasakan rasional dan juga Superego yang berlandaskan moral. Kedua struktur tersebut selalu melihat lingkungan sekitar terlebih dahulu jika ingin merealisasikan keinginan Id.

Dan juga kita harus melihat konsep perkembangan kepribadian dari psikoanalisis yang berupa berbagai fase perkembangan yang berdasarkan daerah erogen (pemuas rangsangan) yang muncul. 

Fase-fase seperti fase oral, fase anal, fase falis, fase latens, dan fase genital bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang membuat perilaku individu menjadi baik atau buruk.


Contoh seperti persona inkorporasi oral yang disebabkan pemuasan yang terlalu berlebihan pada fase oral membuat beberapa perilaku seperti gampang ditipu, senang mengumpulkan harta daan lainnya. Hal tersebut membuat kita tahu bahwa lingkungan juga turut andil dalam pembentukan perilaku pada teori psikoanalisis ini.


Evaluasi


Psikoanalisis ortodoks yang digagas oleh Sigmud Freud memang masih memiliki banyak kekurangan disana-sini dan belum terlalu memuaskan pemahaman kita terkait psikoanalisis yang menjadi jalan tengah bagi perdebatan Nature versus Nurture. 

Permasalahan seperti kurang data empiris dan analisa jadi batu pengganjal bagi psikoanalisis besutan Freud ini.

Namun kini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terkhusus psikologi membuat riset mengenai bukti empiris dan analitis mengenai psikoanalisis berlanjut. 

Beberapa ahli psikoanalisis kontemporer seperti Erik Erikson, Adolf Meyer, Harry Stack Sullivan, Frieda Fromm-Reichmann, Theodore Lidz, dan R.D. Laing membuat psikoanalisis kembali dapat dibahas sebagai jalan tengah bagi perdebatan antara Nature versus Nurture.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun