Anak-anak dan dunianya adalah fanatasi yang mengagumkan. Kala dunia tidak serumit yang mereka kira dan juga tidak harus diterpa tuntutan ini dan itu.Â
Setiap hari mereka awali dengan segala penasaran akan petualangan yang akan mereka temui kala hari menjelang. Enerjik, berlari kesana dan kemari tanpa lelah lalu kembali ke rumah dengan peluh keringat sembari minum segelas air.
Kala itu saat taman dipenuhi anak-anak yang bermain dengan gelak tawa dan suka-ria,Tina duduk termenung dibawah sebuah pohon.Â
Sinar mentari menerobos masuk lewat sela-sela dedaunan yang jatuh menimpa rambut poni miliknya. Gadis itu menghela napas panjang disertai sebuah rasa kesedihan.
Dia yang sudah memasuki awal masa kedewasaan ini kembali bernostalgia masa kecilnya yang suka bermain di taman tersebut.Â
Walau dahulu jungkat-jungkit dan ayunan besi belum ada, dengan peralatan seadanya dia dapat bermain puas. Bergelak tawa dan juga kembali pulang tanpa membawa beban berat dikepalanya.
Waktu itu dia memiliki teman yang selalu bermain bersamannya dan dia tidak pernah melupakan wajahnya, wajah seorang anak yang penuh tawa dan tergambar sifat polos dimatanya.
 Dahulu dialah teman terdekatnya yang menemani ia kala mencari kumbang atau kupu-kupu, mengajaknya bermain lompat tali, atau hanya berlari kejar-kejaran tak tentu arah.
Namun sayangnya Tina lupa akan namanya. Mungkin karena dahulu dia tidak peduli dengan siapa nama orang yang diajak bermain atau karena dia saat ini sudah lupa karena dewasa.
 Yang dia ingat bahwa teman masa kecilnya itu hilang tiba-tiba kala Tina beranjak remaja dan jarang bermain disana.