Alasan dari meningkatnya kasus tawuran ini dalam Belajar Sosial dari Albert Bandura dapat terjelaskan dari konsep pengalaman vicarious, yaitu jika si pemberi contoh memiliki kesamaan suatu kondisi dari si pengamat maka probabilitas akan ditiru ke suatu perilaku akan semakin besar.
Dalam kasus ini dapat kita lihat bahwa Katak Bhizer bercerita tentang pengalaman tawurannya ketika sekolah menengah lalu penonton yang berada di bangku sekolah menengah akhirnya melihat kesamaan kondisi yaitu sama-sama sekolah menengah dan akhirnya meningkatkan probabilitas melakukan tawuran.
Walaupun banyak juga alasan psikologis lainnya seperti ingin menunjukan superioritas dan menyalurkan agresifitas, dampak konten kekerasan juga merupakan sebuah motivasi terbesar yang dapat dipertimbangkan,
Kesimpulan
Sebaiknya dalam pemilihan suatu konten hendaknya lebih memperhatikan dampak positifnya daripada jumlah views dan trafik.
Sebaiknya juga dalam konten tawuran yang diceritakan Katak Bhizer lebih meng-highlight dampak buruk dan juga sisi kelam dari dunia tawuran lebih banyak daripada aksi kejantanan seperti 1 vs 150 yang di luar nalar.
Perlu kita ketahui bahwa menunjukan agresifitas dan superioritas yang diwujudkan dalam kekerasan fisik dan tindak kriminal.Â
Dalam kehidupan kita sebenarnya tindak anarkis dan kriminal hanya terlihat keren di mata si pelaku namun tidak sama sekali di mata masyarakat dan juga hukum.
Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H