Tawuran merupakan hal yang menjadi aib bagi sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang jadi ajang peningkatan kualitas SDM kita dan harapan bagi kemajuan bangsa, nyatanya kadang dijadikan ajang kekerasan dan bahkan penghilangan nyawa.Â
Realitas yang amat sangat miris ini pastilah memiliki sebab.
Beberapa waktu lalu saya membaca artikel dari bung Alfiansyah yang berjudul Konten Kekerasan Mengandung Pesan Masa Depan, melalui artikelnya saya jadi teringat tentang influencer yang sedang naik daun bernama Katak Bhizer yang bercerita tentang masa-masa sekolahnya yang dipenuhi aksi tawuran dan ragam kekerasan lainnya.
Dan kaitannya pula dengan meningkatnya aksi tawuran beberapa waktu yang lalu setelah sang influencer ini booming juga membuat saya teringat materi kuliah psikologi saya tentang belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura, yang merupakan psikolog di bidang psikologi kognitif.
Sekilas Tentang Katak Bhizer dan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Sosok Katak Bhizer yang beberapa waktu lalu pernah viral adalah seorang alumni dari SMK Bhipur Serpong, Tangerang Selatan yang melegenda karena kasus tawurannya.
 Pemuda yang bernama asli Natta Eko ini pertama kali menceritakan pengalamannya itu dalam sebuah podcast di channel Youtube Kamar JERI.
Berbagai macam pengalaman tawuran dan kenakalan remaja lainnya banyak diceritakan dalam berbagai podcast setelah wawancaranya di chanel Youtube Kamar JERI mendadak viral.Â
Dari cerita tentang dia kebal bacok karena ilmu spiritual yang didapatnya hingga pernah melawan 150 orang sekaligus pernah diceritakannya di kanal-kanal Youtube terkenal seperti Atta Halilintar dan Deddy Corbuzier.
Walaupun begitu, Katak Bhizer saat ini telah menyesali semua kesalahan yang dia perbuat dan meminta maaf kepada semua korban-korbannya.
Katak Bhizer pun berharap menjadikan perbuatan kejinya itu sebagai pelajaran bagi generasi selanjutnya agar tidak meniru tindakannya.