Masa-masa pandemi ini yang banyak tempat diberi pembatasan wilayah dan Social Distancing membuat beberapa tempat rekreasi berkurang. Ditambah banyak pekerjaan yang menjadi Online membuat kita terus memantau gadget kita, hal ini membuat saya ingin mencari solusi pemecah penat dengan mencoba beberapa game online.
Salah satunya yaitu mencoba memasang game Mobile Legend di smartphone kentang saya ini. Sebetulnya saya tidak terlalu suka bermain game terutama game bertemakan MOBA, namun karena penasaran dan ingin mencoba hal baru maka saya beranikan diri saya untuk menekan tombol download bersebelahan dengan gambar logo Mobile Legends di Playstore tersebut.
Entah mengapa ada firasat buruk dalam pikiran saya yang mungkin berasal dari pengalaman teman-teman saya yang sering "misuh" kala bermain game ini.Â
Gambar logo Mobile legends yang bermaskot mbak Miya seolah-olah melirik saya dan berkata "kau salah pilih game boi", seraya memperingatkan saya dari dunia Lands of Dawn-nya.
Tapi tidak apalah menurut saya ini pengalaman baru jika bertemu beberapa player toksik yang bermain bersama kita.Â
Saya juga mungkin mendapat pandangan baru mengenai beberapa orang yang toksik ini. Hal yang saya luput adalah saya tidak memperhatikan jumlah player toksik di Mobile Legends itu mendominasi.
Lalu berjalanlah gameplay saya yang kian saya menaiki tangga tier atas kian banyak saya temui player yang saya kategorikan sebagai player toksik.
 Saya sekarang berada di tier Epic yang banyak orang bilang bahwa di tier ini merupakan "sarangnya" para player toksik.Â
Dan benar saja, banyak match yang kadang membuat saya tidak bisa memecah penat malah membuat penat saya makin menumpuk.Â
Berikut ini saya rangkum beberapa perilaku toksik yang saya dapati kala bermain game Mobile Legends.
1.Menghina bapak dan keluarga
Hal ini adalah salah satu bentuk kata hinaan yang ada pada player toksik di Mobile Legends, dimana kadang jika salah satu anggota tim atau bahkan juga lawan berbuat hal yang dikesalkan sang player toksik ini, maka dia akan membalaskannya dengan bentuk cacian kepada bapak sasarannya.
Dari yang sering kita dengar seperti "Pala bapak kau", atau juga seperti "balmond anak yatim", hingga ke yang sudah diambang batas dark jokes seperti "ku sumpahin bapak kau meninggal", pernah saya temui.
 Jelas saya tidak tahu mengapa mereka sangat ingin menghina bapak player lain.
2.Rasis
Saya juga menemukan beberapa player yang sangat rasis kala dia mengetahui tempat dari player tersebut atau juga secara acak mengejek secara SARA beberapa hal yang saya akui mereka sudah keterlaluan.Â
Saya tidak akan memberikan contohnya karena saya menganggap ini keterlaluan ditengah masyarakat kita yang beragam etnis dan agamanya.
3.Sangat Egois
Ada beberapa player yang memiliki perilaku sangat egois dengan meng-pick hero dengan asal dan juga mengambil role yang sudah ada. Selain itu, banyak saran dari timnya yang dia abaikan dan terkadang dengan egoisnya ingin jadi core (hero inti dengan damage terbesar, biasanya mengambil creep atau buff paling banyak), padahal hero tersebut tidak seharusnya menjadi core.
Semua puncak keegoisan inilah yang akan membawa timnya pada kekalahan. Keegoisan ini pula menimbulkan beberapa perilaku toksik lainnya sebagai respon akan tindak keegoisanya pada awal game.Â
Kita mengerti bahwa setiap orang ingin jadi inti permainan namun ada setiap peran atau role yang harus terpenuhi guna menyokong kemenangan.
4.Serasa yang paling tua dengan mengatai player lain bocil
Saya tidak mengerti mengapa player yang toksik ini dapat menyimpulkan umur seseorang dari performa gamenya yang buruk. Saat pertama kali belajar main game ini saya sering mendapat cacian berupa disebut bocil ketika main, padahal saya sudah  kuliah  sekarang.Â
Positive Thinking saja mungkin player ini sudah berkepala empat.
Serasa yang paling dewasa karena sedikit lebih jago dari player yang lain merupakan hal yang konyol menurut saya. Sebagai seorang mahasiswa psikologi, saya mengetahui bahwa seseorang dinilai dari beberapa aspek kala dia disebut dewasa.Â
Banyak perilaku khusus yang harus memenuhi beberapa kriteria agar individu tersebut dapat dikatakan dewasa, dan main main game Mobile Legends dengan jago bukan salah satunya.
5.Menuduh Orang Lain Mengaku Tuhan
 Yang terakhir ini saya tidak mengerti dan tidak paham maksudnya bagaimana dengan kataan atau hinaan yang menduh seseorang sebagai Tuhan. Saya pernah mendapati seorang player yang tiba-tiba mengetik seperti ini dikolom chat "Report balmond  bang dia tadi ngaku Tuhan", yang saya rasa ini agak cringe jika jadi jokes.
Saya mendapat kesimpulan sepertinya sang player ini ingin membuat suatu lelucon dengan menyuruh kita me-report seseorang yang dengan diberi punchline yang menurut saya tidak lucu dan malah membuat saya merasa cringe sekali.
 Tolonglah untuk player Mobile Legends agar membuat jokes yang tidak kelewat batas dan cringe.
****
Itulah beberapa perilaku toksik beberapa player Mobile Legend yang saya temui belakangan ini. Perilaku toksik sebenarnya tidak hanya terbatas pada satu game seperti Mobile Legends saja tapi juga banyak platform internet memiliki pengguna yang sama toksiknya atau bahkan mungkin lebih parah dibandingkan Mobile Legends.
Secara psikologis perilaku toksik ini didasari oleh anonimitas pengguna internet di luar sana. Pengguna atau player toksik ini merasa tidak akan diketahui jati dirinya dan tidak mau tahu perasaan dari korban yang diberi perlakuan toksik. Walaupun sudah banyak pengguna toksik yang kadang terkena report, hal ini tidak membuat mereka jadi jera.
Dilihat dari realita bahwa kasus stunting  di Indonesia yang masih tinggi yang membuat generasi muda terhambat proses kognitif dan logikanya, lalu juga ditambah penggunaan internet dan gawai pintar yang tidak dibatasi orang tuanya, membuat kita paham mengapa pengguna internet berperilaku aneh dan player Mobile Legends yang toksik bertebaran di jagat maya ini.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H