Disamping itu, sifat ormas yang berbasis massa membuat perekrutan anggotanya tidak memiliki standar yang terlalu banyak seperti masuk TNI atau Polri.Â
Hal ini banyak membuat Pemuda Pancasila merekrut para masyarakat kelas bawah yang juga tidak memiliki pekerjaan tetap. Bahkan beberapa anggota juga merupakan mantan preman.
Kode etik yang diberikan pada setiap anggota juga tidak terlalu keras seperti yang ada pada kode etik TNI atau Polri, membuat ormas ini kadang berbuat seenaknya tanpa diketahui atasan ormasnya.Â
Kekerasan antar ormas lain hingga bentrokan dengan aparat yang ada merupakan suatu bukti bahwa ormas ini tidak terkordinasi dengan baik.
Dalam masyarakat stereotip yang akhirnya muncul membuat beberapa orang menyebut ormas ini hanya kumpulan preman berkedok ormas.Â
Bahkan gaya mereka yang sok kemiliteran membuat beberapa orang mencemooh mereka sebagai "tentara rasa jeruk" karena loreng oranye mereka dan terkadang juga sebagai "orang tua yang suka main tentara-tentaraan".
Terlepas dari stereotip negatif yang diberikan masyarakat, jasa Pemuda Pancasila dahulu dalam menjaga kesaktian pancasila dari rongrongan komunisme patut kita hormati.Â
Dan lebih baiknya pendekatan Pemuda Pancasila sekarang tidak menjaga keamanan dan ketertiban seperti dahulu tapi harusnya pada pendekatan halus melalui edukasi Pancasila kepada masyarakat.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H