Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kebiasaan Hidup Sehat Setelah Pandemi Menurut Paradigma Psikologi Behaviorisme, Akankah Permanen atau Pudar?

6 Februari 2022   18:59 Diperbarui: 6 Februari 2022   19:04 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

Tidak terasa sudah dua tahun kita berdampingan dengan pandemi ini. Semenjak Covid-19 ini hadir di negeri kita tercinta, banyak kebiasaan-kebiasaan baru yang ada di kehidupan kita.

Dari yang tidak kita sukai seperti pembatasan wilayah yang kadang meregangkan jarak antara sanak keluarga dan orang yang kita cintai hingga kebiasaan mencuci tangan dan memakai masker.

Pandemi yang membuat kita merasa resah dan gelisah baik karena wabah itu sendiri maupun karena tekanan psikologis karena kesendirian juga membawa kebiasaan-kebiasaan baru yang mungkin menjadikan kita masyarakat yang lebih sehat dan higienis. 

Penerapan protokol kesehatan serta memakai masker dan juga mencuci tangan dapat menjadi salah satu contohnya.

Namun akankah setelah pandemi ini kebiasaan sehat dan baik ini menjadi suatu kebiasaan yang melekat di masyarakat kita?, bisakah pula masyarakat di Indonesia ini menjadi masyarakat yang higienis layaknya warga negara Jepang atau Korea?. 

Berikut saya akan sedikit menjabarkan bagaimana kebiasaan ini dapat menjadi kebiasaan permanen lewat paradigma psikologi behaviorisme.

Mengenal Sedikit Tentang Paradigma Behaviorisme

Behaviorisme pertama kali dipelopori oleh B.F. Skinner, yaitu seorang psikolog asal Amerika Serikat. Skinner beranggapan bahwa ilmu psikologi belum siap akan banyaknya unsur kepribadian dan juga seharusnya lebih fokus kepada data yang dapat diamati seperti perilaku.

Secara garis besar aliran psikologi satu ini bertumpu pada hasil eksperimen melalui pengamatan perilaku (behavior) dibandingkan berkutat pada unsur kepribadian didalam psikologi manusia layaknya aliran psikoanalisis.

Dalam eksperimennya aliran behaviorisme banyak menggunakan binatang karena kesamaan prinsipnya dalam berperilaku, walaupun terkadang juga pernah menggunakan manusia seperti yang dilakukan J.B. Watson.

Dalam menafsirkan perilaku tersebut, behaviorisme memiliki beberapa istilah yang berkaitan dengan terbentuknya perilaku. Yang pertama yaitu stimulus, adalah suatu rangsangan dari lingkungan untuk memotivasi sebuah perilaku. 

Yang kedua yaitu reinforcement, adalah sebuah bentuk modifikasi rangsangan agar perilaku dapat bertahan lebih lama.

Sedangkan dalam jenisnya, perilaku terbagi menjadi dua yaitu perilaku respon (respondent behavior) dan perilaku operant (operant behavior). Perilaku respon sendiri merupakan perilaku yang terjadi karena pengaruh dari luar sedangkan perilaku operan merupakan perilaku yang ingin mendapat respon dari luar.

Kebiasaan Hidup Sehat saat Pandemi Dilihat dari Paradigma Behaviorisme

Perilaku masyarakat merupakan perilaku banyak individu yang dapat teramati dengan menggunakan aliran psikologis behaviorisme ini. Garis besar perilaku yang kita inginkan adalah perilaku hidup sehat dan higienis seperti memakai masker atau mencuci tangan. Sedangkan stimulusnya adalah wabah covid-19 ini yang memaksa kita hidup bersih.

Dan jika kita amati, reinforcement dari perilaku ini merupakan sanksi yang diberikan pemerintah kepada pelanggar protokol kesehatan yang ada. Pembayaran denda hingga kurungan merupakan sebuah reinforcement berbentuk punishment agar perilaku hidup sehat ini dapat menjadi perilaku yang berkelanjutan.

Variabel penentu yang dapat diperhatikan agar perilaku hidup sehat ini terus berlanjut setelah pandemi bahkan melekat dalam kehidupan masyarakat ada pada seberapa kuatnya reinforcement ini membimbing perilaku.

Tegasnya sangsi dan tidak pandang bulu terhadap siapapun pelanggar prokes membuat terwujudnya perilaku hidup sehat ini menjadi semakin nyata.

Konsep dari aliran behaviorisme walaupun bertumpu pada data eksperimental terhadap perilaku yang jelas teramati tidak membuat behaviorisme menjadi 100% dapat terbukti benar.

Aliran dari psikologi kognitif dan humanistik bertentangan dengan paham dari konsep ini. Seperti Albert Bandura dari aliran kognitif yang beranggapan bahwa manusia dapat memilih setiap perilakunya dan tidak bergantuk dari stimulus dari luar.

Aliran humanistik yang juga beranggapan sama, mereka tidak setuju akan model perilaku yang digagas oleh behaviorisme yang seperti menganggap manusia selayaknya mesin (Homo machina) karena konsepnya yang memprediksikan perilaku merupakan hasil dari suatu stimulus dari lingkungan.

Kaitannya dengan pembentukan perilaku hidup sehat ini yaitu bahwa setiap individu dapat memilih untuk hidup sehat atau tidak terlepas dari beratnya sangsi atau ancaman wabah Covid-19. 

Walaupun begitu kita mesti tetap optimis bahwa pandemi ini dapat membuat kita membentuk suatu kebiasaan baik untuk hidup kita ke depan.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun