Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kesamaan antara Hari Valentine dan Kampanye Pemilu

29 Januari 2022   23:43 Diperbarui: 30 Januari 2022   00:19 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Setelah cokelat diterima atau bahkan pernyataan suka diterima, maka si pemberi di hari valentine itu telah berhasil memenagkan hati pujaan hatinya dan jika berlanjut ke jenjang pacaran maka hal itu berarti dia mendapat kekuasaan dari si pujaan hatinya atas dirinya.


Sama halnya jika si calon pemimpin yang memerlukan suara berhasil menarik empati rakyat dari janji-janji manisnya atau mungkin "serangan fajarnya". 

Dan jika dia mendapat suara yang cukup dalam pemilu ini berarti kekuasaan telah didapatnya dari hasil memberi janji dan juga kampanye lainnya.


Yang cukup membedakan antara dua event tersebut adalah pertama, dua event tersebut ada diranah yang berbeda tentunya yang mana hari valentine ada pada ranah percintaan dan kampanye pemilu ada diranah politik, yang kedua adalah sasaranya yang mana hari valentine hanya satu individu yaitu orang yang disukai sedangkan pada kampanye pemilu pada masyarakat banyak.


Kesimpulan


Bukan jadi jaminan bagi si pemberi cokelat yang telah menjadi pasangan si pujaan hatinya memperlakukanya dengan baik, mungkin saja si pemberi cokelat hanya didorong nafsu saja dan bukannya cinta, mungkin juga terjadi hubungan yang toksik diantara mereka. 

Begitu juga dengan pemimpin yang telah terpilih nanti dengan janji-janji manisnya yang kita terima mentah-mentah.


Pemimpin yang telah memberikan janjinya itu bisa saja melukai hati kita dengan mengingkari janjinya kepada kita. Juga mungkin dia melakukan penyelewengan kekuasaan, tidak memihak lagi rakyat yang telah meberikan suara dan bahkan mungkin melakukan tindak pidana korupsi.


Jadi untuk kita sebaiknya jangan terlalu terburu-buru memakan janji manis atau cokelat manis dari kampanye pemilu atau hari valentine.

 Pikirkan baik-baik semua kampanyenya dan mungkin bisa dilihat rekam jejaknya terlebih dahulu sebelum memilih, hal tersebut juga berlaku jika kita terlalu cepat menerima cinta dari dia yang memberikan cokelat di hari valentine.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun