Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harta, Takhta, dan Wanita: Suatu Penyakit dari Superioritas

17 Desember 2021   18:22 Diperbarui: 17 Desember 2021   18:25 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

Dan kata yang terakhir yaitu "wanita", bukan hanya saja terletak pada dorongan  superioritas saja yang memainkan peran namun juga terdapat dorongan seksual yang membentuk perilaku yang tidak sehat seperti perselingkuhan atau bahkan pelecehan seksual antara atasan kepada bawahan.

Kesinambungan antara tiga kata "Harta, Tahta, Wanita" tadi yang bermakna negatif adalah suatu tindak kehilangan kontrol diri dari dorongan superioritas tersebut. Jika dibuat suatu bentuk dimensi struktur, akan terjadi proses berkesinambungan antara Harta-Tahta-Wanita dalam orang yang tidak bisa mengontrol dorongan superioritas tadi.

Proses pertama akan terjadi penyalahgunaan dorongan harta atau jika individu ini dapat menggunakan dorongan tersebut dengan baik guna mendapatkan materi yang layak. Namun setelah itu dorongan superioritas tadi akan masuk melalui penguasaan terhadap jabatan atau kekuasaan yang ada didekatnya.

Dalam proses kedua ini, individu yang tidak mampu mengontrol dorongan superioritasnya akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan. Namun walaupun jabatan tersebut sudah tercapai, dorongan superioritas akan bertambah besar dan tidak terkontrol. Karena dalam proses ini penguasaan terhadap orang banyak menjadi faktor yang penting dalam memupuk dorongan superioritas yang semakin besar.

Dorongan yang semakin besar ini akan sampai pada proses terakhir yaitu pada dorongan kata "wanita". Walaupun dorongan ini tidak bekerja sendiri melainkan juga dibantu doronagn seksual, namun jika pencapaian Harta dan Tahta tidak tercapai maka dorongan seksual akan kecil kemungkinan dalam membentuk perilaku pencarian pasangan.

Dorongan yang memotivasi perilaku untuk mencapai kata "wanita" ini merupakan hasil akhir yang dianggap dalam masyarakat kita sebagai bentuk keserakahan dan juga dikaitkan sebagai bentuk ketidaksetiaan jika terjadi perselingkuhan. 

Pada proses terakhir ini sangat erat kaitannya dengan proses pencapaian "Tahta" sebelumnya dimana individu yang tidak sehat ini senang dan merasa menguasai banyak orang melalui tahta yang ia peroleh sehingga, mendapatkan seorang wanita cantik bukanlah suatu hal sulit.

Kesimpulan 

Hal yang bisa kita lakukan demi terhindar dari perilaku yang tidak sehat karena dorongan superioritas yang tidak terkontrol ini pertama, kita mesti bersyukur atas apa yang kita miliki dan yang kedua, selalu mempertimbangkan tindakan dan perilaku kita yang akan memiliki kosekuensi kedepannya. Dan yang terakhir kita mesti mematuhi norma agama dan masyarakat yang ada.

(Rahmad Alam, 17 Desember 2021}  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun