"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki seorang pemuda ".Â
Kutipan tersebut merupakan sebuah kata mutiara yang dilontarkan oleh Tan Malaka, bapak republik Indonesia. Kata-kata beliau membuat saya berpikir panjang dahulu.Â
Mengapa hanya seorang pemuda yang dapat memiliki idealisme?. Mengapa pula disebut "kemewahan terakhir"?. Bukannya kita harus realistis?.
Setelah saya beranjak dewasa terutama dalam masa perkuliahan akhirnya saya tahu beberapa maknanya. Para pemuda yang sudah melihat realitas yang ada dan kerap kali menyakitkan akhirnya tidak punya idealisme lagi dan memilih berpikir realistis.Â
Karena dengan itu akhirnya beberapa mimpi kita hilang dan pergi begitu saja. Namun saya seperti tidak puas dengan apa yang saya simpulkan ini seperti ada yang kurang.
 Apakah juga jika tidak punya idealisme jalan menjadi lebih mudah?. Lalu saya tersadar bahwa yang saya simpulkan salah, saya salah mendefinisikan antara idealisme, idealis, realistis, dan oportunisme.
Sebelumnya saya berpikir bahwa idealisme dan idealis itu suatu hal yang sama yaitu suatu sikap naif yang harus kita hindari dalam perjalanan hidup kita. Seorang harus lebih berpikir realistis atau memandang realitas yang ada agar tidak terpukul akibat kerasnya kehidupan.Â
Awalnya saya setuju dengan itu namun akhirnya saya tahu bahwa kebanyakan orang yang berpikir realistis ini adalah orang yang penakut dan berlindung dibalik kata realistis demi menghindari tantangan yang dia hadapi untuk menggapai mimpinya.Â
Saya pun mendefinisikan ulang beberapa kata tersebut dan saya mendapatkan beberapa definisi baru dari Kata-kata tersebut.