Dan untuk faktor status sosial tersebut memiliki kaitan dengan romantisme berkendara, dikarenakan kita pasti tahu bahwa perempuan khususnya pasti memilih pasangan dengan kendaraan bagus untuk menandakan status sosial yang tinggi dimata orang lain.
Terjadi peningkatan kendaraan bermotor sejak dua tahun terakhir. Seperti yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ditahun 2019, terjadi penambahan unit kendaraan sebanyak 7.108.236 unit atau meningkat 5,3 persen menjadi 133.617.012 unit dari tahun sebelumnya sebanyak 126.508.776 unit.
Data penjualan yang dimiliki oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) pada tahun 2020, menunjukkan mungkin populasi kendaraan sedikit menurun dikarenakan akibat  pandemi Covid-19.
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Pencemaran Lingkungan
Walaupun terjadi pengurangan jumlah pembelian kendaraan bermotor namun tidak membuat penambahan kendaraan bermotor dimasa depan menjadi terhenti selamanya.
 Karena kita ketahui bahwa penurunan tersebut dikarenakan wabah pandemi Covid-19 yang mungkin sebentar lagi dapat ditanggulangi sehingga dapat memperbaiki ekonomi dan daya beli masyarakat pada kendaraan bermotor.
Selain itu, emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor juga cukup berdampak pada lingkungan kita.
 Emisi ini membuat polusi yang menyebabkan beberapa kerusakan seperti pemanasan global dan kesehatan. Kerusakan tersebut membawa kerugian materi yang lumayan besar.
Seperti yang dikatakan Direktur Jendral Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, M.R. Karliansyah saat diliput Merdeka.com pada 13 November 2020 lalu, bahwa kerugian yang disebabkan pencemaran udara karena kendaraan bermotor mencapai Rp 38,5 triliun dalam analisis KLH tahun 2020.
Menghambat Net-Zero Emission
Romantisme berkendara motor yang mengakibatkan peningkatan pembelian kendaraan bermotor ini pada akhirnya akan menghambat upaya net-zero emission yang sedang diusung pemerintah.Â