Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Introversi dan Extroversi Menurut Carl Gustav Jung

19 September 2021   18:19 Diperbarui: 19 September 2021   18:24 2434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Introvert, sumber: pixabay.com 

Banyak dari kita terutama yang berada di media sosial, menyebut diri mereka sebagai seorang Introvert dikarenakan kebiasaan mereka yang kurang bergaul. Nama Introvert biasanya jadi kambing hitam bagi seseorang yang antisosial, agar tetap tidak berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. 

Padahal bukan begitu sistem dari Introvert itu sendiri. Dan juga bagi orang yang menganggap diri menjadi seorang extrovert, sering berperilaku blakblakan dan tidak mengontrol perilaku mereka pada orang di sekitarnya. Hal ini membuat mereka menjadi seperti tukang pamer dan jadi pribadi yang sok akrab.

Lalu apa sebenarnya Introvert dan extrovert itu?. Secara singkat orang bisa dikatakan seorang Introvert apabila terjadi pengambilan energi psikologis saat dia sendiri dan saat dia berinteraksi dengan orang lain dia mengeluarkan energi tersebut. Dengan mekanisme tersebut maka orang Introvert cenderung untuk menjadi pendiam, tenang, tidak suka bertele-tele dan agak sulit bergaul. Walaupun begitu seorang Introvert merupakan pemikir dan juga pendengar yang baik.

Sedangkan seseorang bisa dikatakan extrovert apabila memiliki kebalikan dari mekanisme orang Introvert yaitu saat dia berinteraksi dengan orang lain, maka saat itu pengambilan energi psikologis dirinya dan saat sendiri dia mengeluarkan energi tersebut untuk melawan kesepian. 

Dengan mekanisme semacam ini orang extrovert lebih mudah bergaul, menjadi pribadi yang seru, lebih semangat saat bertemu orang dan aktif dalam organisasi. Walaupun di lain sisi orang extrovert bisa menjadi menyebalkan saat jadi tukang pamer dan tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain.

Walaupun begitu Introvert dan extrovert itu merupakan suatu mekanisme kepribadian yang kompleks dan dapat berada pada fungsi suatu kepribadian dalam satu orang. Kita akan membahas dua sikap kepribadian yaitu Introversi dan Extroversi serta hubungannya dengan fungsi kepribadian yang telah dikemukakan oleh Carl Gustav Jung.

Tapi sebelum kita membahas tentang teorinya ini, kita juga perlu tahu siapa Carl Gustav Jung ini. Beliau adalah seorang psikolog yang lahir pada 26 Juli 1875 di kesswil ,Swiss. Jung pada awalnya adalah seorang pengikut aliran psikoanalisis dari Sigmund freud, namun jung membantah dan memperbaiki serta mengembangkan teori dari Freud. Jung membantah pada bagian konsep pentingnya kebutuhan seksualitas pada perkembangan kepribadian dan beranggapan bahwa kebutuhan tersebut setara dengan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan dan kebutuhan spiritual.

Jung memperbarui konsep Freud tentang dibaginya tiga tingkat kesadaran yaitu kesadaran, prasadar, dan tak sadar menjadi tiga bentuk baru yaitu kesadaran, tak sadar pribadi, dan tak sadar kolektif. Dalam konsep tingkat kesadarannya, jung menempatkan berbagai unsur kepribadian pada berbagai tingkat kesadarannya, seperti ego yang berada pada tingkat kesadaran, lalu persona, anima,animus, dan shadow yang berada di tingkat tak sadar kolektif.

Ada dua aspek kepribadian yang beroperasi pada tingkat sadar dan tak sadar, yakni sikap (Introversi dan Extroversi) dan fungsi. Dan kita akan membahas dimana dan bagaimana mekanisme sikap yang berisi dua sifat berlawanan tersebut (Introversi dan Ekstroversi) menurut konsep Jung. Pembahasan tentang Introversi dan Extroversi menurut jung adalah sebagai berikut:

1.Sikap Introversi
Sikap ini mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dalam dan privat di mana realita hadir dalam bentuk hasil pengamatan, cenderung menyendiri, pendiam atau juga tidak ramah, bahkan antisosial. Umumnya orang introvertif itu senang introspektif dan cenderung sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri. Tentu saja mereka juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara subjektif, dan memakai pandangan subjektif mereka sendiri.

2.Sikap Ekstraversi
Sikap ini mengarahkan pribadi ke pengalaman obyektif, memusatkan perhatiannya dengan dunia luar alih alih berpikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah. Orang yang ekstrovertif sangat menaruh perhatian mengenai orang lain dan dunia disekitarnya, aktif, santai, tertarik dengan dunia luar. Ekstrovert lebih terpengaruh oleh dunia disekitarnya, alih-alih oleh dunia dalam dirinya sendiri.

Kedua sikap yang berlawanan itu ada dalam kepribadian, tetapi biasanya salah satunya dominan dan sadar, sedangkan yang lainnya kurang dominan dan tak sadar. Apabila kesadaran lebih ekstrovert dalam berhubungan dengan dunia luar, maka tak sadar pribadi akan bersifat Introvert. Sebaliknya kalau kesadaran itu Introvert, maka tak sadar pribadi menjadi bersifat ekstrovert.

Hanya sedikit orang yang murni introvert atau murni ekstrovert. Umumnya orang memiliki beberapa elemen dari dua sisi itu, artinya manusia umumnya dipengaruhi oleh dunia dalam dan dunia luar secara bersamaan. 

Juga, keduanya mempunyai nilai yang sama, masing-masing mempunyai kelemahan dan kekuatan. Orang yang sehat psikisnya adalah orang yang mencapai keseimbangan antara dua sikap itu, merasa sama-sama nyaman dengan dunia dalam dan dunia luarnya.

Oleh karena itu sebaiknya kita tidak harus menamakan diri sebagai seorang Introvert ataupun ekstrovert dikarenakan kedua sifat itu jelas ada di dalam diri kita. Memang bisa dikatakan bahwa kita Introvert dan extrovert dikarenakan adanya sifat dominan tersebut dalam kesadaran kita namun jangan lantas kita menyatakan diri sebagai Introvert dan tidak mau ramah dan bersosialisasi dengan baik, dan juga saat kita menyatakan diri seorang ekstrovert lalu kita tidak punya waktu yang cukup untuk diri kita sendiri. Jadi seperti yang telah dibahas tadi, seharusnya kita membuat keseimbangan dan kenyamanan antara dunia luar dan juga dunia dalam diri kita agar kita mendapat kesehatan psikis yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun