Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar Vs Tekanan Sosial Pelajar

27 Agustus 2021   11:19 Diperbarui: 28 Agustus 2021   05:34 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 17 Agustus lalu kita telah merayakan ulang tahun ke 76 bangsa Indonesia. Saat 76 tahun yang lalu itulah para pejuang kita harus memperjuangkan suatu kemerdekaan bagi anak cucunya nanti yaitu kita sekarang. Namun sekarang bukan hanya kemerdekaan dari bangsa lain saja yang kita rayakan dan perbincangkan tapi juga merdeka belajar yang telah diusung oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.


Konsep merdeka belajar ini merupakan sebuah kebijakan yang telah dicanangkan oleh Menteri pendidikan dan kebudayaan RI kabinet Indonesia maju, Nadiem Makarim. Konsep ini di dasari oleh kebebasan berpikir bagi para pelajar dan guru. Para murid ini tidak harus terpaku oleh nilai dan rangking yang memberatkan mereka. Para peserta didik diberi kebebasan untuk memilih minat dan bakat mereka melalui beberapa pelajaran dan tidak harus menekuni bidang yang mereka tidak suka.


Lebih lanjut tentang kebijakan ini, Nadiem Makarim dalam pelaksanaan awal  kebijakannya tertuang dalam empat pokok kebijakan yaitu, menggantikan ujian nasional (UN) dengan Assesmen Kompetensi Umum dan Survei Karakter, Ujian Sekolah Berdasarkan Nasional (USBN) akan diserahkan kepada sekolah, penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), dan dalam penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi diperluas.


Namun walaupun kebijakan ini bernama merdeka belajar tapi tidak membuat segala macam program pembelajarannya sangat bebas. Beberapa hal perlu di wajibkan bagi para peserta didik. Ada tiga hal pokok yang mesti dipenuhi para pelajar untuk program belajarnya yaitu literasi yaitu kemampuan membaca dan juga menulis serta berbahasa , numerasi yaitu kemampuan berhitung ,dan juga survei karakter yang berdasarkan kemampuan berperilaku baik.

 
Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya, penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara. Seperti yang dilansir di Wikipedia.com tentang merdeka belajar.


Melalui kebijakan ini Nadiem Makarim berharap untuk memajukan pendidikan di Indonesia walaupun masih banyak bertemu beberapa halangan seperti kesalahpahaman para orang tua dan guru yang mengira bahwa dengan kebijakan ini anak bebas belajar atau tidak dan juga bebas mengerjakan tugas atau tidak. Lalu Nadiem Makarim menegaskan bahwa esensi dari merdeka belajar bukan itu dan menjelaskan bahwa merdeka belajar berarti memberi keleluasaan bagi anak untuk belajar sesuai pelajaran yang diminatinya.


Lebih jauh lagi, permasalahan yang dihadapi bukan hanya sebuah kesalahpahaman orang tua dan guru namun juga berasal dari tekanan sosial yang dimiliki para peserta didik. Tekanan Sosial ini berasal dari keluarga yang mendambakan anaknya untuk menjadi pintar dalam suatu bidang yang belum tentu disukai anak. Ya mungkin kita tahu bahwa ini merupakan musuh utama dari kebijakan ini dan pasti amat sulit mengatasinya dikarenakan pengaruh sosial dari keluarga amat dalam.


Perlu kita ketahui bahwa pengaruh sosial yang berasal dari keluarga ini mungkin dikarenakan perjalanan orang tua anak yang sukses di bidang tersebut lalu mencoba memaksakan apa yang dilaluinya ini untuk anaknya kelak. Hal ini mengakar pada kultur budaya keluarga kebanyakan di Asia. Beberapa keluarga bahkan tak jarang masih memarahi anaknya karena gagal di pelajaran seperti matematika dan eksak lainnya atau bahkan mematok nilai yang amat tinggi jika tidak mau diberi sebuah sangsi.


Pengaruh keluarga bagi proses pembelajaran anak ini bukan suatu hal yang mudah dikarenakan ruang lingkup keluarga bukan merupakan suatu instansi pemerintah yang gampang diubah lewat suatu kebijakan. Walaupun di sekolah mereka diberi kebebasan untuk memilih minat dan bakat namun jika di rumah dia dimarahi karena tidak memilih bidang yang disukai orang tuanya akan sama saja.


Bukan hanya di dalam lingkaran keluarga saja muncul tekanan sosial tersebut, namun di ranah dunia kerja saat ini di Indonesia banyak beberapa pekerjaan yang mendapatkan gaji layak berasal dari bidang yang telah ditentukan seperti bisnis, kedokteran, dan bidang eksakta lainnya. Sedangkan beberapa pekerjaan yang kebanyakan favorit sering kali di beri upah yang rendah seperti seni ,sastra dan bahasa.


Kebanyakan peserta didik yang ada pada ekonomi menengah ke bawah biasanya memilih beberapa bidang yang memiliki prospek kerja tinggi daripada mengembangkan minat dan bakat mereka. Hal tersebut dikarenakan kondisi mereka yang tidak memungkinkan memilih beberapa bidang yang dianggap passion mereka karena harus cepat membantu ekonomi keluarga.


Merdeka Belajar ini seharusnya juga diikuti dengan kebijakan menteri ketenagakerjaan yang lebih memperluas pengembangan di semua sektor pekerjaan seni dan kreativitas lainnya yang belum terjangkau namun memiliki minat besar di generasi muda. Tapi kembali lagi ke ranah tekanan sosial yang mungkin dapat berubah seiring waktu dikarenakan konsistensi dari birokrasi pendidikan dan lainnya bagi pengembangan potensi warga negaranya dan tidak terganggu dengan aktivitas politik apapun.


Jika para birokrasi pemerintahan bekerja sama dengan baik bagi pengembangan potensi generasi muda maka tidak mungkin tidak tekanan sosial ini akan perlahan memudar dan digantikan dengan kemajuan bagi bangsa kita di masa hadapan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun