Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dapat Cewek Cantik Gampang tapi Dapat Kerja Susah

18 Agustus 2021   15:29 Diperbarui: 12 Oktober 2021   04:30 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah saat ini kalian sedang melihat beranda Tiktok atau Instagram kalian yang mungkin di penuhi oleh makhluk-makhluk bening bernama wanita dan kalian berkhayal untuk memperistri salah satu dari mereka?. 

Atau tidak perlu terlalu jauh di dunia maya sana, apakah sekarang kalian sedang mendekati seorang perempuan cantik?. Apa mungkin saat ini sedang berpacaran dengan perempuan cantik dan ingin segera menikah dengannya?.


Sebetulnya niatan untuk mendapatkan atau menikah dengan pujaan hati kita amat sangat boleh namun kita juga perlu mempersiapkan segala kebutuhan ekonomi kita dahulu sebelum melangsungkan pernikahan.

 Dan bahkan di tingkat hubungan seperti pacaran pun kita mestinya harus telah memiliki kemandirian secara finansial agar tidak memalukan diri kita sendiri. Masa kita traktir doi dari keringat orang tua kita?.


Tapi walaupun begitu ada berapa faktor yang menyebabkan seseorang menikah muda yaitu adanya berbagai faktor seperti faktor sosial budaya, ekonomi, pendidikan, agama, sulit mendapatkan pekerjaan, media massa, pandangan dan kepercayaan, dan orang tua.

 Biasanya karena alasan memperingan kebutuhan ekonomi suatu keluarga maka terpaksa keluarga tersebut menikahkan anak gadisnya kepada seorang laki-laki yang dirasa mapan walaupun akhirnya malah terjadi perceraian dini.


Dan jika kita melihat beberapa penyebab perceraian dini yang marak terjadi pada pernikahan dini juga disebabkan oleh faktor ekonomi dan sulitnya mendapatkan pekerjaan.

 Seperti yang telah dilansir di Okezone.com pada Senin 17 Desember 2018 tentang penyebab perceraian menyatakan bahwa karena pernikahan dini dilakukan oleh remaja belia yang tidak punya pekerjaan yang tetap maka perceraian sering terjadi karena masalah ekonomi.


Bahkan ketimpangan penghasilan antara suami dan istri juga dapat menyulut suatu pertengkaran yang berbuntut pada perceraian. 

Dan di saat pandemi ini kasus perceraian semakin meningkat dikarenakan banyaknya para pekerja yang terkena PHK. Kekerasan dalam rumah tangga pun marak terjadi akibat masalah ekonomi dalam rumah tangga.


Yang jadi permasalahan utama yang akan kita bahas adalah permasalahan sulitnya mencari pekerjaan ini bagi keberlangsungan hidup rumah tangga. 

Seperti yang sudah kita ketahui, pandemi yang terjadi saat ini mengurangi lapangan pekerjaan di berbagai sektor. Pengurangan lapangan pekerjaan ini juga meningkatkan jumlah pengangguran sebanyak 2,3 juta atau 2% dari total angkatan kerja yang 137.91 juta jiwa pada Februari lalu.


Selain dikarenakan pandemi, meningkatnya pengangguran juga disebabkan oleh faktor kurang nya sumber daya manusia yang berkualitas yang mengakibatkan produksi menjadi berkurang dan ekonomi juga melambat. Rendahnya kualitas sumber daya manusia disebabkan terutama oleh faktor kurangnya pendidikan.


 Seperti yang dilansir di CNBC Indonesia pada 6 Mei 2021 lalu yang menyatakan bahwa, bahkan persebaran pengangguran terbesar ada pada lulusan SMK yang sekitar 11,45 % dan disusul 8,55% dari lulusan SMA, lalu 6,97% dari lulusan universitas.


Melihat dari beberapa kenyataan diatas maka seharusnya kita lebih memprioritaskan waktu kita untuk memperdalam keterampilan kerja dan juga pengalaman demi kehidupan kita yang lebih baik. 

Dengan menjalin hubungan dahulu seperti pacaran maka kita harus membagi waktu kita untuk dirinya dan juga untuk karier kita.


Tidak usah terpaku pada satu wanita cantik karena rasa yang seperti itu mungkin bisa hilang saat kita bertemu wanita yang lebih cantik.

 Tidak usah pula khawatir akan kehabisan para wanita cantik karena populasi wanita juga masih banyak dan tidak ada data yang menunjukkan pengurangan dari mereka. Yang perlu kita khawatirkan adalah lapangan pekerjaan yang berkurang.


Jangan termakan ilusi tentang hidup bersama yang menyenangkan dan bahagia bersama dengan si dia. 

Kehidupan yang menyenangkan dan bahagia itu jika keluarga yang kamu bangun itu berkecukupan secara finansial. Bahagia dan sedih itu adalah emosi yang tergantung pada suatu kondisi pada kehidupan dan dapat berubah setiap waktu.


Lagi pula kita tahu bahwa setiap kecantikan juga berbanding lurus dengan kekayaan dan kesejahteraan. Semakin dia cantik maka semakin banyak pula biaya yang dia butuh kan. 

Saya jadi teringat perkataan ibu saya saat kuliah dulu yaitu “ Jangan nikah dulu nak sebelum sukses dan mapan karena kalo kamu sudah mapan nanti cewek cantik datang sendiri”. Perkataan beliau saya pegang hingga hari ini dan saya tetap jomblo dan miskin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun